27.9 C
Jakarta

Haedar Nashir: Berdakwah Tidak Hanya Mengejar Tiket Surga

Berdakwah Perlu Cara Empati dan Simpati

Baca Juga:

SURABAYA, MENARA62.COM — Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nasir mengingatkan, berdakwah tidak hanya mengejar tiket surga. Menurutnya, berdakwah perlu dilakukan dengan empati dan simpati.

Dalam Rapat Koordinasi dan Halaqah Nasional Da’i, Haedar Nashir di depan peserta dari LDK PWM dan da’i yang bertugas di kawasan tertinggal, terluar dan terpencil (3T) yang diselenggarakan Lembaga Dakwah Khusus (LDK) pimpinan pusat Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Surabaya, menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya pertemuan nasional ini (14/12/2018).

Dalam kesempatan itu, Haedar Nashir menyampaikan, acara ini penting dan strategis, meski pekerjaan LDK terbilang sunyi. Kenyataannya tidak banyak peminatnya dan tidak begitu populer.

“Lembaga ini punya pekerjaan yang sulit dan tidak mudah. Apa yang sudah dilakukan oleh LDK menunjukkan tanda-tanda kemajuan,” ujarnya.

Dalam pidato itu, Haedar mengatakan, jika muhammadiyah sudah mengazam sesuatu, daya dorongnya sangat tinggi. Tantangan dakwah muhammadiyah semakin tinggi, semakin berat, karena itu perlu strategi khusus.

Dalam realitas sosial, menurutnya, dapat disaksikan bersama telah terjadi perubahan peta dakwah. Belakangan ini, hadirnya komunitas baru juga membutuhkan kehadiran da’i-da’i Muhammadiyah yang memiliki wawasan keislaman yang mumpuni.

“Agar bisa melahirkan Islam sebagai petunjuk maka masih memerlukan kemampuan dan strategi baru,” ujarnya.

Haedar Nasir dan Faozan Amar
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir dan Sekretaris LDK PP Muhammadiyah, Faozan Amar, seusai pembukaan Rapat Koordinasi dan Halaqah Nasional Da’i.

Dalam perkembangannya, komunitas baru memerlukan materi dan model dakwah khusus. Setelah reformasi, Haedar melihat, kelompok puritan segera mendapatkan tempat di masyarakat. Kondisi itu terjadi karena masyarakat membutuhkan suatu kepastian nilai. Di beberapa kota-kota besar misalnya, mereka menjadi majelis taklim dan kelompok tarekat baru.

Dalam dinamika politik sekarang ini, menurut Haedar, ada kecenderungan politik yang mengeras, dan melahirkan kecenderungan politik identitas. Sehingga, ormas-ormas besar yang ada menjadi tumpuan untuk membimbing moral ke arah kehidupan masyarakat.

Haedar juga mengatakan, jika ada persoalan moral keagamaan, maka yang menjadi rujukannya adalah ormas Islam besar seperti Muhammadiyah. Menurutnya, dalam usia Muhammadiyah yang ke-106 tahun, warga Muhammaidyah patut bersyukur, telah dianugerahi kemampuan mengelola amal usaha.

“Karena itu kita wajib untuk merawatnya.Kita harus yakin dengan potensi yang telah dimiliki. Sudah sepantasnya untuk berjuang serta mengembangkannya. Kita memiliki modal berupa kepercayaan, rekam jejak dan jaringan yang luas untuk mengembangkan Muhammadiyah. Organisasi dakwah harus menawarkan tiket ke surga bagi umatnya dengan cara-cara yang empati dan simpatik,” ujarnya.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!