27.3 C
Jakarta

Mengenal HAMKA

Prof Dr H Abdul Malik Karim Amrullah, pemilik nama pena Hamka (lahir di Nagari Sungai Batang, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 – meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 pada umur 73 tahun). Ia merupakan ulama dan sastrawan Indonesia. Hamka, sering dipanggil Buya Hamka, juga dikenal sebagai jurnalis, penulis yang produktif, dan pengajar. Buya Hamka, pernah terjun dalam politik melalui Masyumi sampai partai tersebut dibubarkan oleh pemerintah Indonesia. Buya Hamka, merupakan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama, dan aktif dalam Muhammadiyah sampai akhir hayatnya. Universitas al-Azhar dan Universitas Nasional Malaysia menganugerahkannya gelar doktor kehormatan, sementara Universitas Moestopo, Jakarta mengukuhkan Hamka sebagai guru besar. Namanya disematkan untuk Universitas Hamka milik Muhammadiyah dan masuk dalam daftar Pahlawan Nasional Indonesia. Nama besar ayahnya Abdul Karim Amrullah, langsung melekat pada diri Hamka. Perjalanan hidup, membawanya melakukan perjalanan jauh sendirian. Ia meninggalkan pendidikannya di Thawalib, Padang Panjang, Sumatera Barat, menempuh perjalanan ke Jawa dalam usia 16 tahun. Setelah setahun mengenal daerah perantauan, Hamka kembali ke Padang Panjang dan mulai membesarkan Muhammadiyah. Pengalamannya ditolak menjadi guru di sekolah milik Muhammadiyah, karena tak memiliki diploma dan kritik atas kemampuannya berbahasa Arab melecut Hamka pergi ke Mekkah untuk belajar. Dengan bahasa Arab yang dipelajarinya, Hamka mendalami sejarah Islam dan sastra secara otodidak. Kembali ke Tanah Air, Hamka mulai merintis karier sebagai jurnalis sambil bekerja sebagai guru agama paruh waktu di Medan, Sumatera Utara. Dalam pertemuan memenuhi kerinduan ayahnya, Hamka mengukuhkan tekadnya untuk meneruskan cita-cita ayahnya dan dirinya sebagai ulama dan sastrawan. Kembali ke Medan pada 1936 setelah pernikahannya, ia menerbitkan majalah Pedoman Masyarakat. Lewat karyanya Di Bawah Lindungan Ka’bah dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, nama Hamka melambung sebagai sastrawan. Selama revolusi fisik, Hamka bergerilya bersama Barisan Pengawal Nagari dan Kota (BPNK) menyusuri hutan pengunungan di Sumatera Barat untuk menggalang persatuan menentang kembalinya Belanda. Pada 1950, Hamka membawa keluarga kecilnya ke Jakarta. Meski mendapat pekerjaan di Departemen Agama, Hamka mengundurkan diri karena terjun di jalur politik. Dalam pemilihan umum 1955, Hamka dicalonkan Masyumi sebagai wakil Muhammadiyah dan terpilih duduk di Konstituante. Buya Hamka melibatkan diri dalam perumusan kembali dasar negara. Sikap politik Masyumi yang menentang komunisme dan gagasan Demokrasi Terpimpin memengaruhi hubungannya dengan Sukarno. Usai Masyumi dibubarkan sesuai Dekret Presiden 5 Juli 1959, Hamka menerbitkan majalah Panji Masyarakat yang berumur pendek, dibredel oleh Sukarno setelah menurunkan tulisan Hatta—yang telah mengundurkan diri sebagai wakil presiden—berjudul “Demokrasi Kita”. Seiring meluasnya pengaruh komunis, Hamka dan karya-karyanya diserang oleh organisasi kebudayaan Lekra. Tuduhan melakukan gerakan subversif membuat Hamka diciduk dari rumahnya ke tahanan Sukabumi pada 1964. Ia merampungkan Tafsir Al-Azhar dalam keadaan sakit sebagai tahanan. Seiring peralihan kekuasaan ke Soeharto, Hamka dibebaskan pada Januari 1966. Ia mendapat ruang pemerintah, mengisi jadwal tetap ceramah di RRI dan TVRI. Ia mencurahkan waktunya membangun kegiatan dakwah di Masjid Al-Azhar. Ketika pemerintah menjajaki pembentukan MUI pada 1975, peserta musyawarah memilih dirinya secara aklamasi sebagai ketua. Namun, Hamka memilih meletakkan jabatannya pada 19 Mei 1981, menanggapi tekanan Menteri Agama untuk menarik fatwa haram MUI atas perayaan Natalbersama bagi umat Muslim. Ia meninggal pada 24 Juli 1981 dan jenazahnya dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta.

Mengenal HAMKA

JAKARTA, MENARA62.COM -- PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) menawarkan kembali XL SATU Lite, solusi internet praktis dan tanpa ribet untuk memenuhi kebutuhan keluarga Indonesia. Produk ini menawarkan layanan internet rumah nirkabel atau tanpa kabel serta kuota HP keluarga yang dapat digunakan baik di dalam maupun di luar rumah, menjadikannya pilihan ideal untuk keluarga Indonesia. Group Head Product Marketing Home &...
SOLO, MENARA62.COM - Prof. Ir. Tri Widodo Besar Riyadi, M.Sc., Ph.D., resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Teknik Pembentukan Logam; Material Maju Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Senin (23/12/2024) di Gedung Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS. Dalam acara sakral itu, Tri Widodo menyampaikan bahwa, dunia sedang menghadapi tantangan yang cukup besar yaitu adanya perubahan iklim. Perubahan iklim yang sudah dirasakan...
JAKARTA, MENARA62.COM - Peringatan Hari Ibu tahun 2024 menjadi momentum untuk menghormati dan mengapresiasi peran luar biasa seorang ibu dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa. Pada momen hari Ibu tahun 2024 ini, anggota DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Anis Byarwati, menyampaikan pandangannya tentang makna hari ibu. Anis menyampaikan buah pikirannya di Jakarta pada Ahad (22/12/2024). Legislator dari daerah pemilihan...
SOLO, MENARA62.COM - Prof. Dr. Ir. Widyastuti Nurjayanti, M.T., dikukuhkan menjadi Guru Besar Bidang Ilmu Pendekatan dan Konsep Arsitektur Islam dari Program studi Arsitektur Fakultas Teknik (FT) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Senin (23/12/2024) di Gedung Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS. Dalam kesempatan yang berbahagia itu, Widyastuti Nurjayanti pada pidato pengukuhan guru besar membahas pendekatan dan konsep arsitektur Islam. “Arsitektur UMS merupakan...
SOLO, MENARA62.COM – Prof. Dr. Kuswaji Dwi Priyono, M.Si., resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Geografi Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Kuswaji menekankan pentingnya resiliensi komunitas berkelanjutan dalam menghadapi perubahan dan mengurangi risiko bencana di wilayah tropis. Dalam pidatonya, Kuswaji menyoroti prinsip-prinsip utama resiliensi komunitas, termasuk kesiapsiagaan, keterlibatan masyarakat, jaringan sosial, dan adaptasi berbasis budaya. Hal ini disampaikan saat...