BERDOA dulu sebelum minum. Sederet kata ajakan, tak ada nada menyuruh, tertera manis pada botol Hardi Kopi Eis.
Sederhana, tetapi doa akan membuat apapun yang kita konsumsi bertambah nikmat. Itulah filosofi yang ingin disampaikan seorang Eko Hardi Saputra, pemilik Hardi Kopi & Galeri, sekaligus peracik kopi Hardi.
Pria lulusan Manajemen Universitas Brawijaya tersebut berhasil menemukan komposisi yang tepat untuk sajian minuman kopi buatannya. Rasa kopi tidak lantas tenggelam menyerah meski racikan Hardi Kopi Eis sudah dipadupadankan dengan susu dan gula.
Eko adalah penggemar kopi sejati. Bersama sang istri Sheila Nabila, Eko nyaris tak pernah lalai untuk hunting kopi saat menyambangi satu kota. Entah sekedar untuk menikmati secangkir kopi di kedai-kedai kopi atau bahkan belajar banyak tentang jenis-jenis kopi yang ada di setiap daerah.
Lidahnya yang terlalu sering mengecap rasa kopi, membuat kemampuannya menilai rasa kopi makin sempurna. Maka melalui pembelajaran secara otodidak ditambah kegemarannya minum kopi, Eko lantas menciptakan Hardi kopi.
Mengambil material kopi terbaik asli Flores dan Jawa Barat dengan komposisi 70 persen Arabica dan 30 persen Robusta, Hardi kopi tampil sebagai kopi eksotik yang siap mengundang decak kagum para penggemar kopi. Baik disajikan hangat maupun disajikan dingin.
“Saya suka kopi, sangat suka. Ini adalah jenis minuman yang wajib ada setiap hari,” kata Eko, pria kelahiran 24 Oktober 1987 ini.
Sengaja memberikan label Hardi untuk kopi buatannya, Eko mengaku tak ingin dibuat repot dengan nama produk. Baginya nama lokal asalkan kualitasnya bagus, tentu bisa bersaing dengan kopi-kopi brand internasional.
“Hardi adalah nama nenek moyang, melekat pada anak keturunan. Bagi kami mudah diingat dan ini adalah sebuah penghargaan untuk orangtua kami,” tambahnya.
Eko yang merupakan putra pertama Sekjen Kemendikbud Didik Suhardi mengaku terobsesi berbagi kopi hasil racikannya dengan sesama penggemar kopi. Maka Desember tahun 2017 lalu, Eko membuka Kopi & Galeri Hardi dikawasan Karawaci, Tangerang.
Kafe ini tak hanya menjual kopi Hardi, tetapi juga berbagai minuman shake, coklat juga camilan seperti lasagna dan brownis panggang serta cake. Semua makanan tersebut diciptakan berdasarkan resep nenek moyang keluarga Hardi.
Kafe ini diakui Eko nyaris tak pernah sepi. Maka tak heran, dalam 4 bulan beroperasi, Eko sudah mampu menjual lebih dari 700 botol Hardi Kopi Eis. Sebuah pencapaian penjualan yang cukup fantastis untuk pemain baru dibidang kuliner.
Eko berencana membuat kopi Hardi dalam bentuk sachet yang bisa diseduh sendiri oleh setiap orang. Tetapi dengan keterbatasan tenaga kerja yang dimiliki, Eko saat ini masih belum bisa mewujudkan keinginannya tersebut.
“Semoga usaha kami terus tumbuh berkembang sehingga saya bisa berbagi nikmatnya minum kopi Hardi untuk semua penggemar kopi dari berbagai wilayah,” tutupnya.
Untuk sementara, kopi Hardi baru dijual di kafe Hardi. Rencananya Eko akan membuka cabang di sejumlah titik termasuk Jakarta.