31.7 C
Jakarta

Hari Anak Sedunia 2025: UMS Soroti Pentingnya Pola Asuh Konsisten di Era Digital

Baca Juga:

SOLO, MENARA62.COM – Dalam momentum peringatan Hari Anak Sedunia 2025, Dosen Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) sekaligus Ketua Pusat Studi Gender (PSG) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Dr. Choiriyah Widyasari, S.Psi., M.Psi., menegaskan pentingnya sinergi keluarga, sekolah, masyarakat, dan negara dalam mendukung tumbuh kembang anak usia dini. Menurutnya, tema nasional “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045” sangat relevan dengan tantangan pengasuhan masa kini.
Choiriyah menjelaskan bahwa pengasuhan anak tidak lagi bisa disamakan dengan pola yang diterapkan generasi sebelumnya. Perubahan zaman, terutama masuknya era digital, menuntut penyesuaian pendekatan dalam mendidik anak usia dini, khususnya Generasi Alfa yang tumbuh dengan kedekatan kuat terhadap teknologi.
“Karakter Generasi Alfa cenderung praktis dan akrab dengan proses serba cepat, menuntut orang tua memahami kebutuhan anak secara lebih menyeluruh. Setiap anak memiliki potensi berbeda dan tidak dapat disamaratakan baik dari segi kognitif, motorik, maupun kecenderungan cara belajar,” kata Choiriyah saat diwawancarai pada Kamis, (20/11).
Menurutnya, optimalnya tumbuh kembang anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh keluarga. Orang tua, pengasuh, kakek-nenek, maupun anggota keluarga lain harus menerapkan pendekatan yang konsisten agar anak tidak bingung dan tidak terpapar pola asuh yang bertentangan satu sama lain.
Ia menekankan bahwa konsistensi tersebut menjadi fondasi penting dalam pembentukan karakter. Baik keluarga maupun sekolah harus memiliki nilai dan tujuan pendidikan yang selaras sehingga anak dapat tumbuh dengan karakter yang kuat, mandiri, dan sehat secara emosional.
“Latihan kecil seperti memakai sepatu atau kaos kaki secara mandiri harus diterapkan baik di sekolah maupun rumah. Ketidaksamaan pola ini sering membuat anak sulit membentuk karakter dan keterampilan hidup secara konsisten,” kata Dosen UMS itu.
Lebih jauh, ia menyoroti adanya tantangan besar dalam pengasuhan di era digital. Gap antara orang tua Generasi Milenial dan Z dengan anak Generasi Alfa kerap memunculkan masalah dalam manajemen penggunaan gawai, yang menjadi salah satu keluhan terbesar orang tua saat ini.
Menurutnya, gawai bersifat seperti pisau bermata dua, dapat bermanfaat jika digunakan dengan bimbingan dan pengawasan, tetapi dapat berdampak negatif jika anak dibiarkan mengaksesnya tanpa kontrol. Keluarga perlu memiliki kesepakatan dan regulasi yang jelas dalam penggunaan perangkat digital.
Choiriyah menjelaskan bahwa UMS melalui PG-PAUD terus menyiapkan calon pendidik profesional yang mampu menjawab tantangan perkembangan anak masa kini. Mahasiswa PG-PAUD UMS dibekali kurikulum yang komprehensif, mulai dari psikologi perkembangan, pedagogi PAUD, inovasi media pembelajaran, hingga pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Islam.
Ia memaparkan bahwa mahasiswa PG-PAUD UMS mendapat pengalaman praktik mengajar secara bertahap melalui Program Magang Terstruktur, Pengenalan Lapangan Persekolahan, hingga praktik di lembaga PAUD mitra Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Pendekatan ini dirancang agar mahasiswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga terlatih mengaplikasikan strategi pengasuhan dan pembelajaran langsung di lapangan.
“Selain itu, mahasiswa juga dibekali keterampilan menangani anak berkebutuhan khusus melalui mata kuliah layanan inklusi. Dengan kompetensi tersebut, lulusan PG-PAUD UMS diharapkan siap menghadapi kondisi kelas yang beragam, termasuk mengenali tanda-tanda tumbuh kembang tidak optimal pada anak sejak usia dini,” papar Choiriyah.
Sebagai Ketua PSG UMS, Choiriyah turut menyinggung meningkatnya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di wilayah Solo Raya dan Jawa Tengah. Ia menyampaikan keprihatinan karena tren kekerasan tidak menunjukkan penurunan, bahkan terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
PSG UMS, imbuhnya, kini memfokuskan program pada perlindungan perempuan dan anak melalui penelitian serta pengabdian masyarakat. Tahun ini, PSG UMS bersama Aisyiyah akan melaksanakan program edukasi pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak di Sukoharjo.
Koordinasi lintas lembaga dan komunitas dinilai penting untuk memastikan lingkungan yang aman bagi tumbuh kembang anak. Choiriyah menegaskan bahwa Dasawisma, PKK, Aisyiyah, Muhammadiyah, serta komunitas kampung lainnya memiliki peran strategis dalam membangun ekosistem pengasuhan yang sehat.
“Keluarga menjadi titik sentral dalam membangun generasi tangguh. Visi dan misi keluarga harus kembali diperkuat agar pola asuh berjalan harmonis, karena kesejahteraan emosional anak sangat dipengaruhi oleh kualitas pengasuhan di rumah,” tandasnya.
Menutup pesannya, Choiriyah mengajak orang tua, guru, dan masyarakat untuk memperingati Hari Anak Sedunia dengan meningkatkan komitmen menjaga keselamatan, kesejahteraan, dan tumbuh kembang anak. Ia berharap berbagai pihak dapat bersinergi menciptakan lingkungan yang menumbuhkan anak-anak hebat sebagai fondasi Indonesia Emas 2045. (*)
- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!