KLATEN, MENARA62.COM – Hari pertama dalam program belajar bahasa dan budaya Indonesia di Paguyuban Sekar Melati, Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, peserta Program Bahasa Indonesia Penutur Asing (BIPA) Indo-Austay Adult Immersion dikenalkan dan diajak untuk belajar secara langsung alat musik tradisional Jawa Gamelan.
Program BIPA tersebut dikoordinasi oleh Lembaga Bahasa dan Ilmu Pengetahuan (LBIPU) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Direktur BIPA, Dr., Dwi Haryanti, M.Hum., menyampaikan alasan kali keempatnya membawa peserta Program BIPA ke Kecamatan Bayat, Klaten.
“Kami sudah empat kali membawa peserta BIPA ke kecamatan Bayat, Klaten, karena di sini masih lumayan komplit budaya Jawa nya,” ungkap Dwi, saat ditemui, Sabtu (13/1).
Program Indo-Austay Adult Imersion adalah program yang diselenggarakan oleh Indonesian Australian Association of Victoria. Program ini bertujuan untuk memberi kesempatan pada peserta belajar bahasa dan budaya Indonesia yang bekerjasama dengan LBIPU UMS.
Russel Ogden, selaku Direktur dari Indo-Austay, mengungkapkan ketertarikannya untuk mengulik budaya Jawa, karena menurutnya budaya Jaqa merupakan salah satu budaya yang unik di antara seluruh budaya yang ada di dunia.
“Menurut saya menjaga budaya adalah hal yang paling penting, dan orang sini (Bayat) merupakan salah satu orang yang menjaga budaya mereka (Indonesia),” lanjutnya.
Kegiatan itu diikuti oleh 3 dari 6 peserta Program BIPA. Langkah pertama memasuki ruangan, ketiga peserta itu langsung disambut oleh iringan alat musik tradisional Jawa Gamelan yang berjudul Gugur Gunung, ciptaan Ki Nartosabdo. Setelah itu mereka dikenalkan berbagai macam nama dari alat musik tradisional Jawa yaitu Gamelan oleh Ketua Paguyuban, Sarjito. Kemudian, ketiga peserta dari Australia itu diberi kesempatan untuk mencoba alat musik tradisional jawa Gamelan secara langsung.
Setelah mencoba alat musik yang bernama Gender, salah satu peserta Program BIPA, Heather Neldrum, mengungkapkan rasa senang saat mencoba Gamelan dan sangat menikmati musik Gamelan itu, karena dia juga merupakan guru kesenian di negaranya.
“Harus punya ini di Australia,” ungkapnya. (*)