32.8 C
Jakarta

Hari Sungai Dunia 2020: Dari Indonesia untuk Dunia

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM — Memaknai Hari Sungai Dunia yang jatuh setiap minggu ke empat di bulan September, atau pada hari Ahad, 27 September 2020 di tahun ini, Hakikat Ciliwung sebuah kelompok masyarakat pemerhati sungai menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Dari Indonesia untuk Dunia”. Adanya pandemi yang memaksa manusia beradaptasi dengan berbagai kebiasaan baru tidak menyurutkan tekad Hakikat Ciliwung  agar sungai kembali lestari dan mulia melalui aksi dan kampanye.
Pada perayaan Hari Sungai Dunia tahun ini, panitia penyelenggara memusatkan kegiatan di sungai Ciliwung sebagai salah satu sungai ikonik di Indonesia. Sungai Ciliwung berhulu di gunung Pangrango, Jawa Barat, lalu mengalir melalui Puncak, Ciawi, kemudian membelok ke utara melalui Bogor, Depok, Jakarta dan bermuara di teluk Jakarta. Lintasan inilah yang menjadi salah satu agenda utama kegiatan. Ditampilkan dalam format daring menggunakan live streaming akun Instagram @suparnojumar pada tanggal 24, 26, dan 27 September 2020. Suparno Jumar, co-founder dan flagman dari Hakikat Ciliwung akan memandu masyarakat dunia melihat situasi dan kondisi Ciliwung saat ini. Bahwa sungai adalah air mengalir yang bersih dengan kehidupan biotanya yang sejahtera bisa jadi masih jauh dari harapan, namun sejarah, kearifan lokal, dan beragam aksi komunitas pemerhati sungai yang telah dilakukan untuk mengembalikan kejayaan sungai tidak dapat dinafikan dan baik untuk diceritakan pada dunia.

“Sungai Ciliwung, salah satu sungai penting untuk Jakarta. Permasalahan di Ciliwung cukup pelik seperti pelanggaran aturan dengan berdirinya bangunan di atas garis sepadan sungai, membuang saluran tinja langsung ke sungai, pelaku usaha yang membuang limbah  dan sampah ke sungai hingga sub daerah aliran sungai,’’ jelas Suparno

Suparno lantas melanjutkan “Kampanye penyadaran publik wajib terus digaungkan. Kami memilih melakukan live streaming karena paling efektif menjangkau publik secara luas di tengah pandemi Covid-19 ini. Kita perlu disadarkan bahwa masalah sungai di Indonesia akan berpengaruh pada samudra yang saling terhubung dengan pantai-pantai di seluruh dunia. Permasalahan sungai ini menjadi tanggung jawab kita semua.”

Hakikat Ciliwung juga menyelenggarakan webinar pada Jumat, 25 September 2020, berjudul “Sungai dan Segala Permasalahannya”. Pada kesempatan ini, hadir sebagai narasumber Broer Nicko, Jagakali Cirebon; Suparno Jumar, co-founder dan flagman Hakikat Ciliwung; dan Bjonar Hotvedt, Deputy Head of Mission, Embassy of Norway untuk Indonesia. Bincang daring ini dimoderasi oleh Priadi Wibisono. Webinar ini memaparkan berbagai tantangan yang dihadapi dalam tata kelola sungai di Indonesia. Lain dari itu, sesi perbincangan ini juga bertujuan untuk mencari solusi dan peluang kolaborasi untuk menjawab segala permasalahan sungai ke depannya.

Bjonar Hotvedt Deputy Head of Mission, Embassy of Norway untuk Indonesia dalam webinar menuturkan “Empat dekade lalu Norwegia memiliki masalah yg sama dengan Indonesia, yaitu sungai yang penuh sampah. Tapi dengan aturan ketat dari pemerintah, program yang menjangkau semua sektor publik secara intensif, penegakan hukum yang kuat, saat ini sungai-sungai di Norwegia sudah sangat bersih, bahkan airnya layak minum. Kuncinya adalah pemerintah yang disiplin dan berinvestasi pada upaya pengolahan limbah.”

Sebagai pengingat, mungkin tak banyak dari kita masyarakat Indonesia yang menyadari bahwa ribuan sungai yang mengalir membelah wilayah dan membentuk ruang perkotaan adalah anugerah Tuhan yang Maha Esa. Sungai memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia antara lain sebagai sumber mata air, energi pembangkit listrik, sumber irigasi, sumber mata pencaharian, mengalirkan air ke hilir, dan sebagai sarana transportasi.

“Sebagai upaya kolektif untuk meningkatkan kepedulian terhadap sungai, setiap individu perlu mengambil peran. Bagi kami pekerja seni memasukan pesan-pesan kepedulian kepada sungai dilakukan melalui berbagai kegiatan seni dan budaya, seperti mengolah limbah sampah menjadi barang yang berdaya guna, menyampaikan pesan-pesan melalui lagu, tarian, dan drama. Kami merasa cara ini cukup efektif untuk menarik perhatian masyarakat agar memiliki wawasan lingkungan,” tutup Broer Nicko, Jagakali – Cirebon. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!