JAKARTA, MENARA62.COM – Dalam rangka penyusunan rekomendasi kebijakan Badan Bahasa, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) yang merupakan salah satu unit utama di lingkungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menggelar kegiatan Diseminasi Program Prioritas bidang Kebahasaan dan Kesastraan, Rabu (12/4/2023). Kegiatan yang digelar di Hotel Leisure Inn Arion Jakarta Timur tersebut diikuti 100 peserta yang terdiri atas unsur pemerintah daerah, dinas pendidikan, kepala sekolah, pengawas, guru, praktisi pendidikan, dosen, dan tokoh masyarakat.
Kegiatan diseminasi kebahasaan dan kesastraan tersebut dibuka resmi oleh Putra Nababan, anggota Komisi X DPR RI. Hadir memberikan kata pengantar Sekretaris Badan Bahasa Hafidz Muksin.
Dalam sambutannya, Putra Nababan menyampaikan apresiasi kepada Badan Bahasa atas penyelenggaraan diseminasi kebahasaan dan kesastraan bagi guru dan tenaga pendidik lainnya. “Saya senang karena program ini langsung ke sasaran yakni para guru. Kita ajak guru untuk bersama membimbing anak didiknya tentang bagaimana berbahasa Indonesia yang benar,” kata Putra Nababan.
Menurutnya, Indonesia menghadapi problema rendahnya literasi siswa dengan rasio 1:1000. Selain itu, kebiasaan dan durasi membaca juga sangat rendah hanya berkisar 4-5 jam per minggu.
Di sisi lain, gempuran platform teknologi luar biasa, yang berimbas pada anak lebih suka pada gambar bergerak dibanding membaca buku. “Ini menjadi tantangan kita semua, bagaimana membuat anak-anak menyukai membaca buku,” tambah Putra Nababan.
Selain di Jakarta Timur, diseminasi kebahasaan dan kesastraan jelas Putra Nababan juga akan digelar di sejumlah wilayah. “Kami berkoordinasi dengan Badan Bahasa untuk terus memperluas cakupan diseminasi ke daerah lain. Setidaknya ada 100 daerah yang akan dilakukan kegiatan serupa,” tambahnya.
Sementara itu, Sekretaris Badan Bahasa Hafidz Muksin mengatakan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPP Bahasa) memiliki tiga prioritas program kebijakan. Pertama adalah penguatan literasi kebahasaan dan kesastraan. Literasi kebahasaan dan kesastraan merupakan salah satu upaya BPP Bahasa menciptakan ekosistem masyarakat Indonesia yang berbudaya literasi (terutama bacatulis). “Hasil Asesmen Nasional (AN) 2021 menunjukkan bahwa Indonesia mengalami darurat literasi: 1 dari 2 peserta didik belum mencapai kompetensi minimum literasi,” jelas Hafidz Muksin.
Hasil Asesmen Nasional 2021 konsisten dengan hasil PISA 20 tahun terakhir yang menunjukkan bahwa skor literasi membaca peserta didik di Indonesia masih rendah dan belum berubah secara signifikan di bawah rata-rata peserta didik di negara OECD.
Kemudian pada tahun 2022, Kemendikbudristek melalui kolaborasi Badan Bahasa, BSKAP, Ditjen PDM, dan Ditjen GTK meluncurkan Program Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia: Lebih dari 15 juta eksemplar buku telah didistribusikan untuk 20 ribu PAUD dan SD di wilayah 3T.
Untuk pencetakan dan pendistribusian buku bacaan ini, ada tiga pilar program yakni pemilihan dan penjenjangan, cetak dan distribusi serta pelatihan dan pendampingan.
Prioritas kedua adalah ialah pelindungan bahasa dan sastra daerah. Menurut Hafidz Muksin, perlindungan bahasa dan sastra daerah merupakan upaya menjaga bahasa dan sastra daerah agar tidak punah. Hal itu dilandasi pemahaman bahwa ketika sebuah bahasa punah, dunia kehilangan warisan yang sangat berharga, sejumlah besar pengetahuan, termasuk kearifan lokal, legenda, dan puisi yang terhimpun dari generasi ke generasi akan ikut punah.
“Berkaitan dengan hal itu, berbagai aktivitas dilaksanakan dalam rangka melindungi bahasa daerah, yaitu pemetaan bahasa, kajian daya hidup bahasa, konservasi, revitalisasi, dan registrasi,” katanya.
Dari berbagai aktivitas pelindungan bahasa daerah, prioritas dalam Renstra periode ini diarahkan pada upaya menumbuhkan penutur muda melalui revitalisasi bahasa daerah. Revitalisasi merupakan langkah strategis dalam rangka menggelorakan kembali penggunaan bahasa daerah dalam berbagai ranah kehidupan sehari-hari melalui cara yang menyenangkan. Revitalisasi juga merupakan upaya menjamin hak masyarakat adat untuk melestarikan dan mempromosikan bahasa meraka serta mengarusutamakan keragaman bahasa ke dalam semua agenda pembangunan.
Strategi baru yang ditempuh dalam rangka revitalisasi bahasa daerah diuraikan dalam Merdeka Belajar Episode 17 yang diluncurkan oleh Mendikbudristek pada 22 Februari 2022. Strategi baru ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan, yaitu pemerintah daerah, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, MGMP, KKG, pengawas, kepala sekolah, guru, siswa, pegiat, maestro, media massa, duta bahasa, dan keluarga. Dalam implementasinya, revitalisasi bahasa dilaksanakan berdasarkan model yang sesuai dengan situasi kebahasaan di wilayah tertentu.
Program prioritas ketiga adalah berkaitan dengan internasionalisasi bahasa Indonesia. Internasionalisasi bahasa Indonesia merupakan upaya meningkatkan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Untuk mewujudkan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional, strategi Lingua Franca Plus ditempuh melalui peningkatan penyebaran bahasa Indonesia di berbagai ranah penggunaan dengan menggunakan pendekatan pendidikan, kebudayaan, pariwisata, olahraga, ekonomi, investasi, politik, diplomasi, pertahanan dan keamanan.
Melalui pendekatan pendidikan, Badan Bahasa melaksanakan program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) dan penerjemahan Program BIPA merupakan salah satu upaya diplomasi kebahasaan yang dilakukan dengan menyebarkan bahasa negara melalui jalur pendidikan. Dalam pengembangan program BIPA, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa memiliki peran dalam penyusunan regulasi, serta pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi secara kelembagaan kepada penerima manfaat dan pemangku kepentingan. Sasaran akhir fasilitasi kelembagaan itu adalah pemelajar BIPA, baik di dalam maupun di luar negeri. Fasilitasi BIPA di luar negeri secara langsung juga berdampak pada negara yang Lembaga di dalamnya mengajarkan Bahasa Indonesia.
Diharapkan dari kegiatan ini nantinya dapat memberi manfaat kepada semua ekosistem bahasa Indonesia, seperti masyarakat umum, pengambil kebijakan di bidang kebahasaan dan/atau kesastraan, para pendidik, sastrawan, penulis, penerjemah, akademisi, mahasiswa, siswa, masyarakat luas, praktisi media massa, dan pemelajar bahasa Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut Hafidz Muksin juga menyampaikan kegembiraannya bahwa mulai semester depan, Bahasa Indonesia akan mulai diajarkan di Harvard University. “Ini khabar baik di tengah upaya internasionalisasi bahasa Indonesia,” tambahnya.
Selain itu, bahasa Indonesia juga bakal menjadi bahasa ke-7 yang akan digunakan pada sidang-sidang umum UNESCO. “Untuk dua hal tersebut saat ini Badan Bahasa terus melakukan koordinasi baik dengan para duta besar maupun kalangan perguruan tinggi untuk mempersiapkannya dengan baik,” tandas HHafidz Muksin.