MALANG, MENARA62.COM — Asal mula keanggunan masjid turen, masjid Tiban dulunya adalah sebuah Pondok Pesantren Salafiah Biharu Bahri Asali Fadlaailir Rahmah yang terletak di daerah Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Mengapa masjid ini disebut tiban? Disebut masjid tiban karena menurut berita yang muncul di masyarakat sekitarnya bahwa masjid dibangun atas jasa makhluk halus, bantuan jin. Dikatakan masjid ini muncul dengan sendirinya, tiban artinya sesuatu yang datangnya tidak diketahui asalnya. Namun, ketika berita ini ditanyakan kepada “orang dalam”, masjid ini dibangun atas infak dari dana pribadi K. Ahmad dan infak para santri dan jemaah. Bantahan dari “orang dalam” itu jelas sekali terpampang di depan meja penerimaan tamu dengan tulisan besar, “Apabila ada orang yang mengatakan bahwa ini adalah pondok tiban (pondok muncul dengan sendirinya), dibangun oleh jin dsb, itu tidak benar. Karena bangunan ini adalah Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah yang murni dibangun oleh para santri dan jemaah.”
Pada tahun 1978, mulai ada santri yang menetap. Pada tahun itulah proses pembangunan pondok mulai dilakukan. Tapi sifatnya kecil-kecil, apa adanya, hinga tahun 1992. Setelah itu, proses pembangunan sempat berhenti. Dibangun lagi sekitar tahun 1998 akhir dan awal tahun 1999 yang ditandai dengan adanya aktivitas ngecor dan pembuatan jalan serta pos. Bangunan utama pondok dan masjid tersebut sudah mencapai 10 lantai. Lantai 1 sampai dengan 4 digunakan sebagai tempat kegiatan para santri pondokan, lantai 6 seperti ruang keluarga, sedangkan lantai 5, 7, 8 terdapat toko-toko kecil yang dikelola oleh para Santriawati (Santri Wanita), berbagai macam makanan ringan dijual dengan harga terjangkau dengan kantong, selain itu ada juga barang-barang yang dijual berupa pakaian seperti sarung, sajadah, jilbab, tasbih, dan sebagainya.
Tak hanya unik, di dalam pondok pesantren tersebut juga terdapat berbagai jenis binatang seperti kijang, monyet, kelinci, dan aneka jenis ayam dan burung.
Arsitek dari pembangunan Masjid Tiban Turen ini bukanlah seseorang yang belajar dari ilmu arsitektur perguruan tinggi, melainkan hasil dari istikharah pemilik pondok, KH Achmad Bahru Mafdloludin Sholeh. Oleh karena itu, bentuknya menjadi sangat unik, seperti perpaduan Timur Tengah, China, dan modern yang menjadikan masjid ini sangat anggun. Pembangunan masjid ini pun tidak menggunakan alat-alat berat dan modern seperti halnya untuk membangun gedung bertingkat. Semuanya dikerjakan oleh para santri yang berjumlah 250 orang dan beberapa penduduk di sekitar pondok.
Keanggunan masjid ini adalah salah satu objek yang harus kita syukuri atas nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita sebagai hamba-Nya. Itulah ulasan mengenai objek Masjid Tiban Turen, semoga bermanfaat bagi kita semua. Salam dari kami mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Penulis: Muhammad Fikri Hadianto, Mahasiswa UHAMKA