Oleh : Hendro Susilo*)
SOLO, MENARA62.COM – Sepanjang yang saya ketahui, ada dua buku yang mengupas perjalanan Sejarah Muhammadiyah kota Surakarta. Pertama Matahari Terbit di Kota Bengawan yang ditulis oleh Dr Mohamad Ali dan Syifaul Arifin, dan kedua Merawat Intelektualisme Muhammadiyah (Refleksi Seabad Matahari Bersinar di Kota Bengawan) yang ditulis Dr Mohamad Ali. Tentu saja saya yakin sumber-sumber tulisan lain tentang sejarah Muhammadiyah Solo ada, namun tercecer di berbagai sumber. Setidaknya, kehadiran dua buku ini bisa memberikan gambaran yang lebih utuh tentang Sejarah perjalanan Muhammadiyah Solo.
Sejarah tentu memiliki fungsi. Secara umum, sejarah berfungsi sebagai sumber pengetahuan dan dijadikan media untuk menelusuri fakta dan kejadian yang terjadi di masa lampau. Sebagai ilmu pengetahuan, Sejarah setidaknya memiliki fungsi yaitu fungsi inspiratif, fungsi instruktif, dan fungsi rekreatif. Fungsi inspiratif, di mana sejarah dapat menginspirasi seseorang agar menjadi pribadi yang lebih baik. Mengapa? Sebab sejarah memberikan dasar (instruktif) yang mengandung nilai-nilai perjuangan yang bisa dipetik oleh kita untuk belajar. Fungsi instruktif dan inspiratif Sejarah Muhammadiyah Solo bisa kita dapatkan di dua buku yang saya sebut di atas.
Satu hal lagi yang tidak boleh kita abai, bahwa sejarah juga memiliki fungsi rekreatif. Fungsi ini tentu untuk memberikan hiburan dan rekreasi yang menggembirakan bagi masyarakat. Seperti pergi ke museum misalnya atau kegiatan historical walking, yakni kegiatan rekreasi khususnya jalan-jalan di tempat yang memiliki nilai sejarah. Walaupun kegiatannya rekreasi, namun ini bisa menjadi media yang efektif untuk mewujudkan fungsi inspiratif dan instrutif dari sejarah itu sendiri.
Historical Walking Sejarah Muhammadiyah Solo
Secara konsep, metode historical walking menjadi salah satu medium mengenalkan sejarah melalui kegiatan rekreasi, khususnya jalan-jalan di tempat yang memiliki nilai sejarah. Mempelajari sejarah dengan pendekatan ini memiliki potensi untuk menjadikan sejarah itu menarik dan membumi. Pandangan masyarakat umum yang memiliki kesan bahwa sejarah itu membosankan, salah satunya disebabkan metode penyampaiannya melalui hafalan.
Sejarah Muhammadiyah Solo memiliki perjalanan panjang dan mengandung nilai-nilai inspiratif bagi kaum muda dalam kiprah memajukan kualitas kehidupan yang lebih maju dalam dakwah di segala bidang. Kehadiran SATV, peran Keraton Kasunanan Solo, Kiprah Kyai Mochtar Boechori. Serta Kyai Sontohartono sangat layak menjadi inspiratif bagi kaum muda dalam melakukan gerakan pengembangan kemajuan kehidupan umat. Terlebih daerah Keprabon yang sekarang menjadi kantor pusat dakwah Muhammadiyah Surakarta, memiliki cerita sejarah yang bisa dijadikan pelajaran hidup generasi penerus.
Perjalanan sejarah dakwah Muhammadiyah di Kota Surakarta memiliki nilai historis tinggi dalam pengembangan dakwah dan kehidupan umat. Narasi sejarah Muhammadiyah ini sangatlah penting di hayati dan dipelajari oleh generasi muda milenial, tujuannya agar generasi milenial memiliki kesadaran sejarah dan memetik nilai juang dalam memajukan kehidupan umat. Oleh karena itu, perlu ada kemasan edukasi yang bersifat mendidik dan menggembirakan, salah satunya dalam bentuk historical walking.
Kegiatan dalam bentuk History walk, menjadi salah satu medium mengenalkan sejarah melalui kegiatan rekreasi, khususnya jalan-jalan di tempat yang memiliki nilai sejarah seperti Balai Muhammadiyah Keprabon, lokasi Percetakan Persatuan, Sontohartanan, serta keraton Mangkunegaran yang memiliki narasi nilai sejarah pengembanagan kehidupan perlu dibumikan kepada generasi penerus. Terlebih, dengan hadirnya dua buku yang saya sebutkan diatas, menjadi sumber narasi yang perlu di bumikan melalui kegiatan ini agar nilai Kemuhammadiyahan membumi. Semoga wacana dalam tulisan ini bisa diwujudkan.
*)MPI PDM Surakarta
Bid. Informasi PDPM Surakarta