SOLO, MENARA62.COM – Komunitas Halaqah Budaya didukung oleh UNP, UM Sumatera Barat, Sarang Yogyakarta, Magistra Indonesia, Ruang Kerja Budaya, PPASB, Valoranews, Fast mempersembahkan peluncuran dan diskusi buku, ‘Ibu Kemanusiaan : Catatan-catatan Perempuan untuk 86 Tahun Buya Ahmad Syafii Maarif’ di Aula Universitas Negeri Padang dan dapat diikuti melalui Link Zoom Meeting http://gg.gg/ibukemanusiaan dengan moderator Edy Utama, Jum’at (256/2021).
Bersama Jumaldi Alfi, Prof Drs H Ganefri MPd PhD, Dr Riki Saputra MA, Silfia Hanani Syafei, Rezki Khainidar, Devi Adriyanti, Abrar, Ismail Novel, Muhammad Taufik, pukul 14.00-17.00 WIB dan peserta luring terbatas dengan melaksanakan prokes covid-19.
“Terima kasih bapak Asmul Khairi, SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta diikutkan peluncuran dan diskusi buku, bagaimana ketika perempuan Indonesia berbicara tentang ketokohan Buya,”ujar Jatmiko wakil kepala sekolah bidang humas.
Buya dilabeli sebagai guru bangsa, sosok yang memperjuangkan perdamaian, seorang pluralis yang menguatkan moderasi agama, tokoh panutan dan tauladan bagi pejuang toleransi, orang rantau yang selalu peduli masalah kampung halaman, manusia Indonesia yang tahu “Alua Jo Patuik” (jalan kebenaran), Buya yang humanis, idealis walau harus kontroversial.
Buya Syafei untuk Perempuan Indonesia, Perempuan menjadi ibu kemanusiaan, bersifat progressif dan egalitarian pada perempuan, menolak poligami untuk keadilan, mendukung kiprah perempuan dalam politik dan demokrasi, memberdayakan perempuan dalam organisasi ‘Aisyiah, mencerahkan tafsir kedudukan perempuan dalam Islam.
Kata bijak dari Buya, “Terbentuknya bangsa dan suku tidak untuk meruntuhkan kemanusiaan, tetapi untuk menguatkannya,”
Satu pernyataan Buya, “Islam tidak identik dengan Arab. Dan Menurut Buya, salah satu yang menjadi penyebab kemunduran umat Islam adalah ketika arabisme ini mencengkram sejarah Islam dan menghilangkan dimensi paling utama dari Islam, yaitu egalitarianisme,”
Esensi dari buku, menjadi penguatan dalam perspektif gender di tengah diskursus keislaman, keidonesiaan, dan kemanusiaan. Melihat berbagai sudut pandang perempuan ketika merespon ada ruang ketkohan Buya Ahmad Syafei Ma’arif dalam menyampaikan gagasan dan kritikannya. Sumbangan literatus untuk studi kritis tentang gender dalam pesan pluralistik. Buku yang ditulis oleh berbagai kalangandan latar belakangkeilmuan dan organisasi.
“Saya melihat dilayar zoom kesaksian dari catatan penulis buku, Retno Marsudi (Menlu RI) Perempuan dan Diplomasi : Melalui Buya saya mengejar mimpi, Najwa Shihab Praktisi Media, Buya Syafii memberikan dukungan pada literatur yang ditulis feminis Muslim,” pungkas Jatmiko, peraih penulis terproduktif tahun 2020. (*)