29.2 C
Jakarta

Humas SD Muhammadiyah 1 Jadi Khatib Salat Idulfitri di Langgar Taqorrub

Baca Juga:

SOLO, MENARA62.COM – Langgar Taqarrub Jl. Tarumanegara Utama 50, Tempel RT 04 RW VII Kelurahan Banyuanyar Kecamatan Banjarsari menggelar salat Idulfitri sesuai protokol kesehatan (prokes) di tengah pandemi Covid-19 dengan imam dan khotib Wakil Kepala bidang humas SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, Kamis (13/5/2021).

jamaah dicek suhu tubuh sebelum masuk Langgar Taqarrub

Demikian disampaikan Ketua Ta’mir Muhammad Nashir, S.Ag., ketika menjelaskan, Jatmiko dipilih karena ingin mendengarkan pemikiran Sekolah Program Penggerak dan semarak Ramadan 1442 Hijriyah. Diharapkan khotib mengulas merawat jamaah dengan perspektif yang baru sehingga memberi pencerahan kepada jamaah.

“Langgar Taqorrub selama bulan Ramadan menggelar salat lima waktu, salat jemaah tarawih, dan ceremah Ramadan, salat jemaah subuh dan kuliah subuh, TPA dan buka puasa bersama, Pengajian Ramadan, tadarus Al-Qur’an, serta penerimaan dan pembagian zakat infak, sedekah,” ujar Nashir.

Salat Idulfitri dengan prokes akan menjadi catatan sejarah umat Islam. Karena pandemi Covid-19, para ulama —baik ulama fikih maupun ulama kesehatan — meminta umat Islam melaksanakannya dengan disiplin kesehatan untuk memutus rantai penyebaran Virus Corona.

Ustaz Jatmiko menuturkan, pada zaman era industri 4.0 menuju era society 5.0, rasa-rasanya merawat Islam, merawat iman, mearawat ihsan adalah sesuatu yang sukar dan sulit. Karenanya, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah di manapun, kapanpun, sampai ajal menjeput.

Nabi bersabda, “Ittaqillah haitsuma kunta, wa atbi’issayyiatal hasanata tamhuha”: “Bertakwalah kepada Allah di mana kamu saja berada, dan iringilah perbuatan yang buruk dengan yang baik niscaya dapat menghapuskannya.” (HR. At Tirmidzi)

Menurut dia, agama Islam itu dibangun dengan lima hal, yaitu bersyahadat (bersaksi tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah), mendirikan salat, mengeluarkan zakat, menunaikan ibadah haji, dan berpuasa pada Ramadan.

“Bila sebulan penuh kita praktikkan kebiasaan di bulan Ramadan dengan penuh pengahayatan, sebenarnya melatih orang tentang pentingnya maaf dan berbagi. Meminta maaf sebagai pengakuan kesalahan dan memberi harta sebagai bentuk solidaritas merupakan kemenangan tanpa proses menghancurkan. Memaafkan memang tidak mudah, butuh proses dan perjuangan untuk melakukannya,” terangnya.

Dia menambahkan, “firman Allah SWT, QS al-Baqarah ayat 177 ‘Bukanlah kebajikan itu menghadapkan wajah ke timur dan barat. Akan tetapi, kebajikan itu adalah beriman kepada Allah, kepada hari Akhir, kepada Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Nabi-nabi-Nya, serta mengeluarkan sebagian rezekinya bagi orang-orang yang dicintainya, kerabatnya, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil, orang yang berhutang mendirikan sholat, dan menunaikan zakat’

Untuk itu, pesannya, semua orang saling mengakui ada kesalahan dalam diri masing-masing, melepaskan rasa stres dan depresi akibat menyimpan dendam dan amarah yang menahun.Tubuh dibebaskan dari belenggu-belenggu negatif yang mengotori jiwa dan pikiran.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!