JAKARTA, MENARA62.COM– Dinilai banyak mengambil peran dalam kepentingan bangsa, Ibu Hj Sinta Nuriyah Wahid memperoleh gelar Ibu Bangsa. Anugerah Ibu Bangsa diserahkan Ketua Umum Kongres Wania Indonesia (Kowani) Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd dalam seminar bertema Bersama Meningkatkan Peran Perempuan dan Laki-Laki Dalam Membangun Ketahanan Keluarga untuk Kesejahteraan Bangsa di Wisma Antara, Jalan Medan Merdeka Selatan No.17 Jakarta, pekan lalu.
Dalam siaran persnya, Giwo mengatakan Sinta Nuriyah telah mengambil peranan penting tidak hanya sebagai ibu bagi anak-anaknya tetapi juga sebagai pejuang bangsa.
“Apa yang telah dilakukan Ibu Sinta Nuriyah Wahid adalah teladan bagi kita semua,” ujarnya.
Sementara itu, Sinta Nuriyah Wahid mengapresiasi pemberian penghargaan sebagai Ibu Bangsa.
“Ini suatu penghargaan yang luar biasa kepada perempuan Indonesia dan memotivasi untuk bisa berbuat lebih banyak bagi bangsa ini,” kata Sinta Wahid.
Menurut Sinta Nuriyah, Ibu Bangsa harus memiliki sifat yang inklusif, di tengah keluarga, lingkungan sekitar, komunitas, bangsa dan negara.
Pada diskusi panel, Giwo Rubianto menyampaikan materi Perempuan sebagai Ibu Bangsa berperan mewujudkan ketahanan keluarga sebagai Pilar membangun Negara yang adil dan sejahtera.
“Jangan remehkan kaum perempuan. Jangan sesekali memandang sebelah mata kepada perempuan. Karena faktanya, perempuan adalah pilar kokoh bangsa, penentu masa depan bangsa. Di tangan perempuan ada masa depan bangsa. Sebab perempuan punya tugas mendidik generasi bangsa yang unggul, berdaya saing, dan berjiwa nasionalis,” lanjut Giwo.
Giwo menjelaskan, Ibu bangsa lahir sebelum Kemerdekaan RI. Dan, hasil Kongres Kowani 1935, memutuskan bahwa perempuan Indonesia wajib menjadi Ibu Bangsa.
“Jadi, kehadiran Ibu Bangsa itu bukan menyaingi kelompok yang menamakan diri ‘Emak-Emak’ seperti yang banyak dihembuskan akhir-akhir ini,” kata Giwo.
Ditambahkan Giwo, “Ibu Bangsa lebih dari sekadar ibu biologis, tapi penentu masa depan bangsa karena tugasnya menyiapkan generasi bangsa”.
Bicara kesetaraan, Giwo menerangkan, meski berbeda kodrat antara perempuan dan laki-laki, tapi mempunyai peran sama sebagai mitra.
Peran utama Ibu, kata Giwo adalah menyiapkan generasi penerus yang unggul dan berdaya saing dan berjiwa nasionalis. Ibu bangsa bersifat universal yang harus bisa menghadapi perkembangan global.
“Ibu adalah guru besar dan profesor di rumah. Membuat keluarga dari zero menjadi hero,” tegas Giwo.
Karena itu Giwo mengajak semua Ibu Bangsa untuk concern menyiapkan generasi bangsa yang siap menghadapi perkembangan zaman.
Selain itu, hal penting lainnya bagi kaum perempuan adalah bagaimana kemampuan merawat diri sendiri.
“Tidak cukup seorang wanita pintar saja (hard skill), tapi harus punya soft skill, mampu mengelola dan merawat diri sendiri,” tandasnya.
Diskusi panel dihadiri 350 undangan yang terdiri dari pelaku sejarah Indonesia, tokoh perempuan Indonesia, Tim Ahli Kowani, Mitra Kowani, Pimpinan organisasi perempuan, Wanita TNI dan POLRI dan Generasi Muda (Mahasiswa, SMU/SMK).
Selain Ketua Umum Kowani, hadir pula sebagai narasumber Petty S. Fatimah dengan materi “Sumber daya manusia yang andal dan berdaya saing menjadi potensi membangun pembangunan yang inklusif dan partisipatif”; Dr. (H.C). Martha Tilaar dengan materi “SDG’s memastikan bahwa tidak ada satupun kelompok masyarakat yang tertinggal dalam pembangunan”; Drs.Hajriyanto Y. Thohari dengan materi “Kemitraan antara laki-laki dan perempuan dalam mewujudkan keterwakilan perempuan di politik”; dan Yudi Latief, Ph.D dengan materi “Bersama wujudkan Negara yang adil dan sejahtera melalui gerakan revolusi mental”.