BANDA ACEH, MENARA62.COM – “Iya benar, kami baru saja menerima SK baru tentang Penyempurnaan Pengurus ICMI Aceh yang bertandatangan 8 Mei 2024. SK tersebut ditandangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Majelis Pengurus Pusat (MPP) Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) yaitu Prof Arif Satria dan Dr Andi Yuliani Paris, MSc”, ungkap Dr Taqwaddin sore kemarin 14 Mei 2024 di Sekretariat ICMI Komplek Bapperis Banda Aceh. Rabu (15/05/2024.)
Taqwaddin menambahkan bahwa dalam rangka mempecepat gerak dan memperkuat eksistensi oraganisasi cendekiawan ini, pada tanggal 26 April lalu kami membuat rapat dengan mengundang semua Pengurus Harian ditambah dengan Ketua dan Sekretaris Penasihat serta Ketua dan Sekretaris Dewan Pakar.
Dalam pertemuan tersebut saya menjelaskan bahwa tolok ukur cendekiawan itu bukan hanya mereka yang memiliki ijazah doktor dan professor. Tapi siapa saja yang memiliki kapasitas dan kualitas kepribadian, terlebih lagi kepedulian terhadap sesama.
Menurut saya, setiap orang yang memiliki kapasitas intelektualitas yang diakui public dan peduli pada pada masyarakatnya, itu sudah memenuhi prinsip kecendekiawanan. Jadi bagi saya, tolok ukur cendekia bukan pada kertas ijazah, tetapi lebih pada kapasitas intelektualitas.
Buya Hamka misalnya, tidak memiliki kertas ijazah kesarjanaan, tetapi beliau diakui sebagai ulama dan cendekiawan. Begitu juga dengan Soedjatmoko, Rektor Universitas Bangsa-Bangsa di Tokyo Jepang dulu juga bukan sarjana, tetapi kedua mereka mendapat anugerah profesor doktor dari perguruan tinggi ternama dunia karena karya-karya mereka.
Di Aceh, Pak Nab Bahany dan Pak Yarmen misalnya, kualitas akademik dan keahlian mereka diakui publik di Aceh. Pak Nab, Budayawan ini memiliki kontribusi pemikiran begitu banyak melalui berbagai tulisan beliau yang memukau dan mencerahkan. Begitu juga dengan Pak Yarmen yang memiliki keahlian Ilmu Bahasa Indonesia yang sangat mumpuni. Kedua mereka saya usulkan menjadi Pengurus ICMI Aceh.
ICMI Aceh sekarang bukan hanya kumpulan akademisi dan birokrasi. Tetapi juga banyak kami usulkan dari kalangan professional (dokter, wartawan, konsultan, dan hakim ad hoc). Ada juga dafri kalangan politisi DPR RI dan DPRA seperti Nasir Jamil, Muslim Ayub, Irawan Abdullah dan ada beberapa orang lagi lainnya.
Bahkan dari kalangan pengusaha juga kami ajak bergabung untuk memperkuat ICMI Aceh, antara lain Ismail Rasyid (Owner Trans Continent), Sayid Salim (Owner Group Hotel Grand Arabia, Hotel Renggali, dll), Azhar Idris (Owner Djarwal Group), Zaki (Pemilik Usaha Bus Harapan Indah), Jafaruddin Husin (Kontraktor yang juga Owner Kuala Village Resort).
“Bagi saya, tak masalah banyaknya orang yang terlibat menjadi pengurus dalam suatu oragnisasi kemasyarakatan. Bahkan lebih bagus. Dan, ini tentu memudahkan organisasi untuk menggalang kontribusi, baik kontribusi pemikiran maupun kontribusi finansial untuk menindaklanjuti program-program kegiatan yang disepakati”, tutup Taqwaddin.