32.8 C
Jakarta

Idulfitri 1442 H, Momentum Buka Kembali Relasi Sosial dan Politik Elemen Bangsa

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Meski dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19, seluruh kegiatan keagamaan dan sosial yang terkait dengan bulan Ramadhan 1442 H berjalan lancar. Situasi tersebut kata Presidium Pimpinan Nasional (Pimnas) Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) Andy Soebjakto  menjadi bukti hadirnya toleransi dan saling menghormati di tengah kehidupan masyarakat yang majemuk.

“Hal demikian adalah salah satu modal sosial yang penting bagi kerukunan, persaudaraan dan persatuan nasional,” kata  Andy Soebjakto dalam pernyataan persnya, Rabu (12/5/2021).

Menurutnya, kelancaran berbagai kegiatan di bulan Ramadhan dalam suasana yang aman dan tertib adalah tanda makin menyatunya kesadaran keagamaan dan kesadaran kebangsaan. Inilah yg harus terus dirawat dan diperkuat terus untuk masa-masa yang akan datang.

Senada juga disampaikan Sekjen PPI Gede Pasek Suardika. Ia mengatakan kemenangan Idul Fitri yg ditandai saling memaafkan perlu diterjemahkan lebih lanjut untuk makin meredakan ketegangan dan pembelahan sosial dan politik yang masih terasa pasca pilpres 2019. Sudah saatnya semua kembali bersatu-padu untuk bekerja mengatasi keadaan sulit akibat pandemi dan masalah-masalah lama yang belum teratasi dengan baik.

Gede Pasek memandang, suasana Idul Fitri tahun ini harus dijadikan momentum untuk membuka lembaran baru relasi sosial dan politik bagi seluruh elemen bangsa yang penuh dengan suasana ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah insaniyah. “Hanya bangsa yang bersatu dan bekerja keras bersama yang mempunyai masa depan cemerlang. Bangsa yg berseteru dan berkonflik akan kehabisan energi untuk bisa bergerak maju dan Berjaya,” lanjut Gede Pasek.

Karena itu, PPI yang merupakan bentukan Anas Urbaningrum meminta kepada para pemimpin bangsa, pemimpin politik, pemimpin agama, pemimpin sosial dan budaya untuk secara sungguh-sungguh tampil sebagai teladan bagi usaha-usaha memajukan persatuan dan persaudaraan. Ucapan, sikap dan tindakan para pemimpin diharapkan berjalan pada koridor persatuan dan menghindari perpecahan.

Pemerintah menunjukkan kesungguhan mencinta dan melayani kepentingan rakyat. Sementara rakyat menunjukkan hormat dan patuh kepada aturan dan norma yang berlaku. “Sikap kritis dilakukan dengan cara yg tertib dan damai, sedangkan pemerintah juga berlapang dada dan terbuka terhadap kritik dan masukan publik,” tutup Gede Pasek.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!