YOGYAKARTA, MENARA62.COM – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta Ikhwan Ahada mengatakan tahun baru Hijriyah 1445 ini menjadi momentum yang amat berharga bagi tonggak perjalanan umat Islam. Di mana di dalamnya mengandung 3 dimensi keterlibatan hijrah; pertama Dimensi spiritual, Kedua Dimensi Psikologis dan Ketiga Dimensi Fisik.
1. Dimensi Spiritual
Hijrah adalah manifestasi ketundukan seseorang kepada Ilahi yang erat kaitannya dengan perintah Allah dan contoh Rasulullaah SAW. Allah mengungkapkanya dengan 31 kali dalam Al – Quran, termasuk derivatnya. Kata hijrah mengandung makna positif dan perilaku hijrah menandakan laku seseorang menuju kepada kebaikan dan ridha Allah.
Perihal hijrah ini, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
.. فَلَا تَتَّخِذُوْا مِنْهُمْ اَوْلِيَآءَ حَتّٰى يُهَا جِرُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ
” Janganlah kamu jadikan dari antara mereka sebagai teman-teman(mu), sebelum mereka berpindah pada jalan Allah.” (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 89)
Perintah dalam ayat di atas, menuntut ketaatan kita sebagai hamba-Nya.
Begitu pula dalam ayat – ayat lain, dengan makna yang bervariasi.
2. Dimensi Psikologis Seseorang yang berhijrah, berarti orang tersebut telah melibatkan kesiapan psikologis yang matang, seperti keberanian mengambil resiko atas keputusan hijrahnya, tidak hanya itu kepercayaan diri atas keyakinannya sehingga mampu mengorbankan kesenangan sesaat untuk tujuan yang mulia. Berpisah dan meninggalkan kondisi awal dan mapan baik secara finansial dan sosiologis, bisa jadi sangat berat secara kejiwaan bagi seseorang. Bagi orang yang tidak siap dan tidak memiliki tekad hijrah yang kuat pastilah orang tersebut enggan untuk berhijrah. Dengan demikian orang yang telah berazam dan melaksanakan hijrah, tidak lagi diragukan kesiapan dan kematangan psikologisnya.
3. Dimensi Fisik
Rasulullaah dan para sahabatnya berpindah dari Makkah ke Yatsrib (Madinah), yang jaraknya kurang lebih 281 mile. Jarak tersebut setara dengan 450 km. Bukan jarak yang dekat saat peristiwa hijrah tersebut terjadi. Jangankan kendaraan bermesin, kendaraan yang ada saat itu belum tentu bisa digunakan, lantaran perjalanan Rasulullah SAW. dan para sahabat dibawah bayang – bayang ketat dan petugas intel dari kaum kafir – quraisy. Demikian juga saat ini, pengorbanan fisik dan bahkan materi sering harus terjadi manakala mereka hendak menuju ke dunia baru dalam hidupnya. Bisa jadi bukan soal jarak tempuh saja, melainkan kelelahan dan kepenatan fisik, dalam menghadapi tekanan dan resiko jasmani, sering dijumpai bagi mereka yang sedang berproses menuju perubahan hidup lebih baik.
Ketiga aspek di atas tidak terpisahkan, ketika seseorang hendak menjadikan kehidupan masa depannya lebih baik.
Hal menarik, dalam hadist Rasulullaah SAW, riwayat Umar r.a.
ٍعَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.”
(HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)
Hadist di atas berbicara tentang niat, dan kegiatan hijrah menjadi contoh terapan niat yang nyata. Sehingga niat seseorang merupakan landasan ideologis dalam menggapai tujuan akhir. Karena untuk hijrah perlu pengorbanan fisik material, kesiapan mental psikologis dan kekuatan Iman.
Ketiganya menjadi satu kesatuan di mana ketaatan dan kesiapan serta harapan besar sekaligus membutuhan pengorbanan baik materiil maupun non materiil untuk kita bisa berhijrah sesuai dengan landasan tahun baru hijriyah itu sendiri.
Tahun baru Hijriyah yang bertepatan pada tanggal 19 Juli 2023 Masehi ini membawa harapan besar bagi masing-masing umat Islam. Lebih lanjut Ikhwan pun menyampaikan harapan tahun baru Hijriyah ini dapat dimaknai bersama untuk bersama meraih ridho Allah SWT.
“Mudah-mudahan ketaatan dan kesiapan kita secara psikologis dan sekaligus kesiapan kita dalam berkorban secara fisik dan materil menjadikan perjuangan menjadi mudah dan yang terpenting Mendapatkan ridho Allah SWT,” tutur ikhwan. (*)