YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Mengikuti organisas mahasiswa (Ormawa) dapat meningkatkan kemampuan softskill mahasiswa. Kemampuan ini akan berguna dan mendukung kesuksesan saat memasuki dunia kerja setelah lulus dari kuliah.
Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (BEM UAD) Siti Aminah mengemukakan hal itu pada seminar internasional Latihan Ketrampilan Manajemen Mahasiswa (LKMM) Tingkat Lanjut, Senin (1/3/2021). LKMM Tingkat Lanjut mengangkat tema ‘Mewujudkan Peran Nyata Mahasiswa di Kancah Internasional.’
LKMM Tingkat Lanjut ini dilaksanakan Biro Kemahasiwaan dan Alumni, Universitas Ahmad Dahlan (Bimawa UAD) bekerjasama dengan Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah. LKMM Tingkat Lanjut ini diharapkan bisa membekali mahasiswa untuk bekerjasama di dunia internasional.
Selain Siti Aminah, seminar internasional ini juga menampilkan dua pembicara dari Malaysia dan Filipina. Keduanya adalah Nur Zarith Halisa Binti Mohamad Sofi (A Student Representative Council 2019/2020 and 20201/2021 of University Malaysia Pahang; dan Lie-Sun Rahim T Ambasing dari Benguet State University, Filipina.
Dijelaskan Siti Aminah, untuk berorganisasi seorang mahasiswa harus bisa mengatur waktu. Siti Aminah menuturkan tentang pengalaman pribadinya selama kuliah dan bergorganisasi. “Saya datang ke sini untuk kuliah, tetapi apa yang didapat di kelas belum cukup. Sehingga saya perlu belajar di luar kelas tentang softskill,” kata Aminah.
Aminah menepis anggapan bila mahasiswa ikut organisasi, kuliahnya akan berantakan, tertinggal. “Saya kurang begitu sepakat dengan anggapan tersebut. Ternyata saya aktif di organisasi, kuliahnya juga tidak tertinggal. Bahkan bisa mengikuti student exchange ke Filipina dan Malaysia. Kita harus paham mana yang penting dan bisa ditunda,” kata Siti Aminah, mahasiswa Prodi Bahasa Inggris ini.
Menurutnya, bekerja tidak hanya mengadalkan pada Indek Prestasi Komulatif (IPK) saja, tetapi softskill jauh lebih penting. IPK hanya mengantarkan anda ke meja wawancara atau interview. Setelah itu, hanya softskill yang menentukan kesuksesan di masa depan,” katanya.
Untuk bisa kerasan di organisai, Siti Aminah memberikan sebuah tip yaitu anggap organisasi itu rumah. “Kalau di rumah, itu pasti ada masalah. Seperti miskomunikasi, atau tidak sesuai dengan planning kita. Saya tidak pernah pergi dari rumah saya. Tetapi mencari jalan keluar untuk mengatasi permasalahan tersebut,” katanya.
Sedangkan untuk menjalankan program-program Ormawa, mahasiswa dituntut tidak hanya menggantungkan dana dari universitas saja. Tetapi mahasiswa juga berusaha untuk mencari sponsorship dari luar kampus.
Sedang Nur Zarith Halisa mengatakan sebelum pandemi mahasiswa di Malaysia sering mengadakan berbagai event dan memperoleh dana dari pemerintah. Tetapi selama pandemi, kegiatan ini menjadi kurang.
Namun secara psikologis, kata Nur Zarith, mahasiswa Malaysia butuh wadah agar kondisi kejiwaan tetap sehat. Karena itu, saat ini organisasi kemahasiswaan di Malaysia cenderung mengadakan seminar psikologis secara online dengan tujuan untuk mengembalikan semangat. “Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari pemerintah,” kata Nur Zarith.
Sementara Danang Sukantar MPd, Kepala Bidang Pembinaan Organisasi Kemahasiswaan dan Prestasi Mahasiswa UAD mengatakan LKMM Tingkat Lanjut ini outputnya kerjasama mahasiswa antar negara tingkat regional. Seminar internasional kemahasiswaan ini berisi tentan pendanaan organisasi mahasiswa (Ormawa) di Malaysia dan Filipina. Bagaimana mencari sumber dana, menyusun program kerja, sehingga mereka bisa saling kolaborasi.
“Mulai dari situ nanti dikemas dalam aktivitas yang akan dilaksanakan oleh peserta. Misalnya, di Malaysia begini, Filipina begitu, kita bisa berkolaborasi. Untuk kegiatan pengabdian, penelitian, workshop dan lain-lain,” kata Danang.
Dalam LKMM Tingkat Lanjut ini juga dibentuk Focus Group Discussion (FGD). Kemudian mereka diberi waktu selama satu minggu untuk membentuk kelompok diskusi. Waktu satu minggu setelah seminar mereka diharapkan sudah menyusun program kerja, membuat proposal.
Kemudian satu minggu berikutnya, mereka akan melakukan presentasi hasil kerja di hadapan panitia LKMM Tingkat Lanjut. “Setelah proposal selesai panitia memberikan subsidi sebesar Rp 1 juta untuk setiap kelompok dari UAD. Namanya stimulus,” kata Danang.
Setelah itu, jelas Danang, mereka akan melakukan seminar, workshop untuk mencari pembicaranya yang meliputi minimal tiga negara. Ini tingkat internasional regional, cukup tiga negara. “Setelah itu mereka mengimplementasikan di masyarakat,” katanya.