“…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…”
— (Q.S. Al-Mujadilah: 11)
“Al-‘Ilmu bila amalin kasysyajari bila tsamarin”. Ilmu tanpa amal ibarat pohon tak berbuah. Demikian diungkapkan salah satu kalimat hikmah dalam bahasa Arab.
Hemat penulis, ada dua makna yang terkandung dalam ungkapan hikmah tersebut:
Pertama, seseorang yang memiliki ilmu, tetapi sikap dan perilakunya sama sekali tidak mencerminkan ilmunya. Sikap dan perilakunya itu bahkan berbanding terbalik dari ilmu yang dimiliknya. Orang seperti ini, termasuk orang yang berilmu tapi minus amal. Orang yang demikian ini bahkan sangat mungkin tidak mendapatkan hidayah dari ilmu yang dimilikinya tersebut. Rasulullah SAW mengecam keras orang-orang yang berilmu tetapi tidak bersikap dan berperilaku sesuai ilmu yang dimilikinya. Dalam salah satu sabdanya beliau menegaskan, “Barangsiapa yang bertambah ilmunya dan tidak bertambah hidayahnya, niscaya ia akan bertambah jauh dari Allah SWT.”
Ya, seseorang yang berilmu, tetapi tidak semakin baik perilakunya, tidak bertambah taat ibadahnya, tidak memberi manfaat kepada sesama, justru akan semakin jauh dari Allah.
Inilah salah satu makna dari ungkapan di atas, bahwa ilmu tanpa amal bagaikan pohon tak berbuah.
Sedangkan seseorang yang berilmu, kemudian dia beramal dengan ilmu yang dimilikinya, maka dia akan diberi ilmu oleh Allah, yang belum pernah diketahui sebelumnya. Hal ini seperti ditegaskan dalam sebuah hadis yang bersumber dari Anas bin Malik, “Barangsiapa mengamalkan apa-apa yang ia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.”
Kedua, makna lain dari ungkapan bijak tersebut adalah, jika seseorang memiliki ilmu, tetapi ia tidak pernah mau untuk berbagi ilmu kepada orang lain. Ia enggan untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain, maka ilmu yang dimilikinya ibarat pohon yang rindang, namun tidak menghasilkan buah, yang bisa memberi manfaat kepada orang lain.
Kualitas ilmu seseorang justru akan semakin baik dan meningkat, ketika ia iringi dengan ketulusan berbagi ilmu dengan orang lain. Ilmu akan berkembang ketika diajarkan kepada orang lain. Sebaliknya, ilmu akan mandeg ketika hanya dimiliki sendiri.
Ilmu harus diamalkan. Ilmu yang diamalkan ibarat pohon yang rindang dengan buah yang lebat, sehingga bisa memberi manfaat kepada sesama manusia.
Manfaat ilmu akan dapat dirasakan ketika mampu diwujudkan dalam tindakan nyata. Keberkahan ilmu akan terasa ketika ilmu yang dimiliki seseorang mampu memberi pencerahan kepada orang lain. Betapa pun tingginya ilmu seseorang, tetapi ketika ilmu yang dimilikinya tidak dapat memberi manfaat, baik untuk dirinya sendiri, lebih-lebih kepada orang lain, maka sia-sialah apa yang dimilikinya itu.
Singkatnya, ilmu yang membawa rahmat adalah ilmu yang bermanfaat bagi umat. Ilmu yang membawa berkah adalah ilmu yang mampu menggugah untuk hidup lebih terarah. Ilmu yang membawa hidayah adalah ilmu yang dapat mengubah seseorang dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang. Ilmu yang membawa cahaya adalah ilmu yang mengantarkan pemiliknya menuju kebahagiaan dunia-akhirat.
Jika mengacu kepada ayat di atas, maka pondasi utama yang harus dibangun, jauh sebelum seseorang memiliki ilmu adalah iman. Ya, dengan pondasi iman yang kokoh, maka ilmu yang dimiliki seseorang akan mampu menjadikannya sebagai pribadi yang mulia. Di akan mendapatkan tempat yang baik di tengah manusia dan posisi mulia di hadapan Allah.
Ruang Inspirasi, Rabu (7/10/2020).