Oleh Roni Tabroni
Di tengan kegalauan publik memilah informasi, IMM berpesta untuk usia yang ke 54. Tidak muda lagi, tetapi semangat tetap membara seperti warna kebesarannya.
Kini IMM, bukan berada pada era revolusi industri lagi. Namun perubahan cepat terjadi, karena kebebasan informasi akibat perkembangan teknologi komunikasi yang sangat maju. Pada saat ini, agresi militer sudah dianggap kuno, sebab perubahan sosial bersumber pada pola komunikasi baru. Pada kondisi ini, penjajahan dilakukan tidak kasat mata, tetapi dengan menguasai medan laga di ranah maya yang tidak terlihat.
Kondisi, ketika menjadi aktor perubahan tanpa harus merebut tampuk kekuasaan, ketika uang bukan segalanya, ketika korporasi besar linglung dan kehilangan akal. Para pengendali sejarah kini berada di akar rumput, tidak berpangkat, tidak memiliki kantor dan fasilitas mewah, tidak bermodal dan relasi orang penting.
Sentuhan ibu jari kini menjadi lebih berpengaruh dibanding serdadu berotot besar dengan senjata lengkap di tangan. Penguasa lebih panik melihat status media sosial ketimbang moncong meriam.
Perusahaan-perusahaan besar yang pongah dan sombong, seketika mati kutu dan panik melihat gerakan ekonomi baru berbasis daring. Penggeraknya, anak muda kreatif dengan modal telepon pintar ditangan, yang disentuh tangan-tangan mungil dan menggemaskan. Mereka menggerakkan potensi publik dengan sedikit kolaborasi, kemudian melahirkan revolusi ekonomi tanah air yang masif dan sangat cepat.
Tidak ayal, gerakan jari jemari yang dikendalikan tanpa kantor ini, bisa mengubah semuanya. Kehidupan sosial berubah total. Kebangkrutan massal terjadi pada berbagai sektor dalam hitungan hari. Mereka yang tidak mau berubah dan adaptif terhadap perubahan, maka ajal akan menjemputnya.
Berada pada generasi milenial, IMM hari ini lahir dari sebuah era kemajuan teknologi baru. Kehadiran teknologi ini, bukan hanya menyertai tumbuh kembangnya, tetapi juga mempengaruhi cara berfikir dan berperilaku.
Tetapi era kelahiran IMM memberikan isyarat penting. Ikatan ini tidak terlahir dari kebutuhan instan. Bukan popularisme yang memaksa IMM lahir, sebab popularisme akan hadir dan tenggelam mengikuti arus jamannya. Ketika sedang ngepop dia jadi hits tetapi ketika zaman berubah makan dia akan tenggelam lagi.
Kendati IMM di berbagai tingkat pimpinan pernah mengalami masa kelam, yaitu kevakuman kepengurusan, bukan berarti IMM serupa dengan budaya pop yang dikendalikan oleh pasar sesuai kebutuhan publik. IMM, pada hakikatnya tetap hadir dan menjadi ikon penting di dalam persyarikatan dan kemahasiswaan secara umum.
Kelahiran IMM, memiliki narasi strategis untuk membangun sebuah alternatif gerakan baru di kalangan mahasiswa. Sebuah tawaran idiologi yang tidak hanya berorientasi pada kecakapan intelektual, tetapi juga membangu rasa kemanusiaan dan gerakan sosial nyata.
Tahun ini, perayaan Milad IMM bersamaan dengan meninggalnya Anggota Kehormatan Royal Society of Arts (FRSA), anggota seumur hidup Pontifical Academy of Sciences, dan penerima anugerah Presidential Medal of Freedom, penghargaan sipil tertinggi di Amerika Serikat, ilmuwan kosmologi dan fisika Stephen Wiliam Hawking.
Di tanah air, perayaan milad ini berada pada situasi suhu politik yang terus menghangat (tahun politik). Isu lanjutkan kepemimpinan Joko Widodo, Presiden alternatif, juga isu poros baru. Sebagian lagi sibuk menimbang-nimbang calon wakil presiden. Di daerah, tahun politik ini dihangatkan dengan gegap gempitanya pilkada yang begitu riuh.
Namun IMM tetap tegak, sebagai Ikatan yang tidak mudah tergoda oleh kepentingan dan isu temporal. IMM tetap menyandang kaum intelektual muda Muhammadiyah yang berada di garis akademik yang selalu berfikiran objektif.
Kendati kabar burung kepemimpinan Dewan Pimpinan Pusat kurang enak di telinga, namun kita melihat geliat kader-kader di akar rumput yang terus bergerak. Denyut nadinya selalu menggerakkan ikatan yang secara jumlah memang tidak sebesar elemen lain. Tetapi Ikatana pada dasarnya bukan himpunan, bukan pergerakan, juga bukan kesatuan.
Ikatan melambangkan kebersamaan dan solidaritas. Tapi juga logo IMM berbentuk pena, artinya mengisyaratkan gerakan intelektual. Humanitas dan aksi sosial menegaskan organisasi ini yang tidak ada berada di menara gading. Kader IMM adalah seorang intelektual organik yang tidak berakhir dalam tataran wacana, tetapi menyusun puzzle peradabannya lewat karya dan gerakan-gerakan pemberdayaan masyarakat.
Kendati godaan-godaan politik selalu hadir, kader IMM lebih memandang situasi ini sebagai dinamika yang harus disikapi secara akademik dan objektif. Pernyataan gerakan turun gunung ke arena politik, terkadang emosi sesaat jelang hajat politik. Gertak seperti terlihat rasional, agar jabatan-jabatan publik tidak diisi orang-orang tidak berkualitas.
IMM tetaplah gerakan intelektualnya Muhammadiyah, geraka yang berorientasi kepada kemanusiaan. Walaupun tetap responsif terhadap isu-isu aktual, agenda dakwah IMM bersifat kultural dan berorientasi jangka panjang.
Kader IMM selalu berfikir jauh ke depan, tidak picik dan rabun. Gerakan-gerakannya konsisten berpijak pada idiologinya, tidak bersifat sesaat dan hanya mengikuti trend popularitas, sebab IMM bukanlah sepasang jempol tangan yang hanya bergerak disaat ada kepentingan pendek dan sempit.
Penulis: Mantan Sekretaris Umum DPD IMM Jawa Barat 2002-2004. Wakil Sekretaris MPI PP Muhammadiyah.