JAKARTA, MENARA62.COM – Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kemendikbud bersama Forum Rektor Persatuan Insinyur Indonesia (PII) bekerja sama dengan PII Learning Center menggelar diskusi mengenai Insinyur Indonesia Menuju Society 5.0 pada Kamis (25/3).
Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Nizam dalam pemaparannya mengatakan, pada dasarnya tugas insinyur ialah menciptakan sesuatu yang sebelumnya belum ada. Sehingga tugas insinyur atau pendidikan teknik ialah menghasilkan para kreator atau para pencipta yang berdasar pada ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mewujudkan masa depan yang lebih baik.
Nizam menambahkan dalam konteks ini melihat Indonesia sebagai negara yang masih bergantung pada produk dari luar mulai dari garam, pangan, alat kesehatan yang 90% impor, obat-obatan yang 90% bahan bakunya berasal dari impor, sehingga menunjukan bagaimana insinyur kita belum berhasil dalam memerankan perannya.
“Inilah tantangan terbesar bagi dunia pendidikan teknik, sehingga kita harus membangun kedaulatan kita dengan teknologi untuk bisa mewujudkan industri merah putih kemudian membangun kedaulatan bangsa,” kata Nizam.
Nizam menambahkan, melalui revolusi industri ke-4 membawa kita pada kehadiran teknologi sistem pada semua aspek kehidupan, di sisi lain masyarakat 5.0 ialah masyarakat yang memanfaatkan teknologi untuk kemuliaan dan kesejahteraan manusia.
“Apabila kita tidak bisa menggunakan teknologi untuk bisa mempunyai kedaulatan di dalam negeri, maka kita juga akan semakin bergantung sebagai konsumen,” kata Nizam.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia Heru Dewanto mengungkapkan insinyur tidak hanya bertugas dalam menghasilkan inovasi untuk memajukan peradaban, tetapi juga merumuskan masyarakat dunia seperti apa yang diinginkan.
“Inilah makna sesungguhnya dari society 5.0, kita harus menentukan terlebih dahulu apa yang kita inginkan di masa depan dengan menggunakan seluruh kemampuan teknologi dan bagaimana kita mencapainya,” kata Heru.
Heru menambahkan untuk menghasilkan output insinyur yang mampu mengemban tugas kemanusiaan, maka kita harus memulai dari hulunya karena input menentukan output-nya. Letak input-nya sendiri berada pada pendidikan tinggi teknik dari rangkaian rantai nilai keinsinyuran,” kata Heru.