SOLO,MENARA62.COM – Lembaga Bahasa dan Ilmu Pengetahuan Umum (LBIPU) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar penutupan Program IndoAustay Adult Immersion Batch II 2025 yang berlangsung di Ruang Rapat LBIPU Kampus 1 UMS, pada Sabtu (18/1/2025).
Dalam laporannya, Koordinator Pelaksana Program, Dr. Abdillah Nugroho, M.Hum., memaparkan rangkaian kegiatan yang telah dilalui para peserta. Program ini dimulai pada 6 Januari 2025 dengan pembelajaran intensif bahasa Indonesia di UMS selama empat hari. Materi diberikan oleh pengajar berpengalaman, yaitu Fitri Kurniawan, S.Pd., M.Res., Yanuar Ihtiyarso, S.S., M.Ikom., dan Drs. Zainal Arifin, M.Hum.
Setelah menyelesaikan sesi pembelajaran di kelas, peserta diajak untuk belajar langsung di lapangan. Kegiatan itu berlangsung di Kecamatan Bayat, Klaten, yang dikenal dengan kekayaan budaya Jawa. Para peserta terlibat dalam berbagai aktivitas budaya, seperti membuat blangkon, membatik, bermain gamelan, dan menghadiri pernikahan adat Jawa.
Selain itu, peserta juga berkesempatan untuk berinteraksi dengan murid-murid sekolah dasar Muhammadiyah di Bayat, membuat gerabah, serta menyaksikan secara langsung pernikahan adat Jawa dengan menggunakan pakaian adat Jawa.
“Hari ini, kegiatan ditutup dengan kegiatan Jeep Adventure di Kemuning dan mengunjungi situs Candi Cetho. Selain bersenang-senang, mereka juga mempelajari bagaimana sejarah dari tempat ritual tolak bala peninggalan Majapahit,” terang Abdillah, Ahad (19/1/2025).
Kepala LBIPU UMS, Dr. Dwi Haryanti, M.Hum., menekankan bahwa program IndoAustay Adult Immersion menggunakan pendekatan Language and Culture Immersion. Metode ini memungkinkan peserta belajar bahasa Indonesia secara intensif dengan cara menyatu dalam lingkungan yang menggunakan bahasa sasaran secara dominan.
“Tujuan kami adalah mempercepat pembelajaran bahasa melalui pengalaman langsung, baik secara formal di kampus UMS dan sekolah Muhammadiyah, maupun informal di tengah masyarakat Bayat,” jelas Dwi.
Pendekatan ini, paparnya, dinilai efektif dalam meningkatkan keterampilan berbicara, mendengar, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia secara alami. Selain aspek kebahasaan, program ini juga dirancang untuk membantu peserta memahami budaya penutur asli bahasa Indonesia, membiasakan penggunaan bahasa tanpa bergantung pada terjemahan, serta meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam berkomunikasi.
“Harapannya, setelah program ini selesai, para peserta dapat mencapai kemajuan signifikan dalam empat keterampilan utama bahasa Indonesia,” pungkasnya.
Salah satu peserta, Hector Warren Fraser, menyampaikan rasa terima kasihnya atas kesempatan mengikuti program ini. Dia mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran bahasa dan budaya indonesia yang dilakukan di UMS dan Bayat berjalan dengan lancar. Ia mengaku menjadi punya pengalaman yang luar biasa.
“Kami semua mengucapkan terima kasih, kami semua bersyukur untuk kesempatan kami bisa datang ke Solo, bisa mempunyai hubungan erat dengan guru-guru di sini (red: UMS), juga di Bayat. Kami semua senang sekali,” ucapnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Colin Style, yang merupakan peserta tertua dalam program ini. Dia mengucapkan terima kasih kepada UMS dan merasa sangat senang belajar bahasa indonesia di sini dan merasa mendapatkan banyak pelajaran berharga selama mengikuti program ini.
“Di sini saya belajar banyak. Saat saya kembali ke Australia saya akan mempelajarinya setiap hari, lagi, lagi, dan lagi. Sehingga ketika saya kembali lagi (red: ke Indonesia), saya sudah lebih lancar berbahasa indonesia, sama seperti Hector,” pungkas Colin. (*)