GUNUNGKIDUR, MENARA62.COM — Pemerintah Republik Indonesia berkomitmen mengurangi sampah plastik di lautan sehingga cita-cita sebagai poros maritim dunia bisa terwujud.
“Saat ini dampak dari sampah plastik di lautan Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan,” kata Asisten Deputi Bidang Hukum dan Perjanjian Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Budi Purwanto saat melakukan sosialisasi Peraturan Presiden Nomor 16/2017 tentang Kebijakan Kelautan Indonesia di Bangsal Sewokoprojo, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (10/11/2017), seperti dilansir Antara.
Ia mengatakan, sosialisasi tentang kebijakan kelautan Indonesia lebih memberikan pemahaman secara utuh apa itu poros maritim dunia, implementasi visi, dan misi Presiden Jokowi pada awal sebelum menjadi presiden.
“Kami mulai dari dunia pendidikan, pembelajaran melihat masa depan poros maritim dunia implementasinya yang dituangkan seperti dalam Perpres Nomor 16 Tahun 2017,” katanya.
Ia mengatakan, pengurangan sampah plastik wujud implementasi dari poros maritim dunia. “Sampah plasik di masyarakat kita sudah sangat mengkhawatirkan, Menko Kemaritiman sudah sejak lama menjadi “leader” tidak hanya tingkat nasional tetapi berbagai pertemuan internasional mengolah sampah plastik menjadi energi, aspal, dan sebagainya,” katanya.
Indonesia juga sudah mulai mengolah sampah plastik untuk digunakan sebagai aspal jalan raya. “Sekarang penggunaan sampah plastik untuk jalan sudah terealisasi seperti di Universitas Udayana (Bali) dan beberapa wilayah di Kabupaten Bekasi. Kalau tidak beberapa waktu lalu sudah dilakukan di UNS,” ucapnya.
Harapannya, lanjut Budi, Indonesia bisa mewujudkan poros maritim dunia seperti cita-cita presiden.
“Narasi besar kebijakan kelautan Indonesia juga dilengkapi rencana aksi, dengan rencana aksi dari penjabaran kebijakan kelautan Indonesia dari berbagai aspek mulai dari pembangunan kolektifitas, pengolahan sampah plastik, penanganan kesejahteraan, program energi, pemberantasan pencurian ikan, peningkatan sumberdaya manusia, banyak sekali,” tuturnya.
Menurut dia, persoalan sampah plastik yang menjadi salah satu penghabat menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia, dan disini termasuk nomor dua didunia sebagai penghasil sampah plastik.
Sampah plastik yang tidak bisa diurai, dan berada dilaut secara akan dimakan ikan. Akibatnya bisa menimbulkan berbagai macam penyakit jika dikonsumsi manusia.
“Ini bisa terjadi saat ikan yang dimakan mengandung plastik sehingga bisa terpapar ke manusia. Setiap tahunnya ratusan ribu ikan mati karena memakan hasil reduksi sampah plastik,” tandasnya.