JAKARTA, MENARA62.COM — Laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan adanya aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) di Samudera Hindia telah menyebabkan curah hujan tinggi di kawasan Indonesia. MJO adalah fenomena gelombang atmosfer yang bergerak merambat dari barat (Samudera Hindia) ke timur dengan membawa massa udara basah. Masuknya aliran massa udara basah dari Samudera Hindia ini meningkatkan potensi curah hujan bagi daerah-daerah yang dilalui. Sehingga, mengakibatkan banjir dan longsor di beberapa daerah yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Lampung sejak tanggal 5 Maret 2019.
Adapun secara spesifik, daerah yang terkena bencana yaitu Klaten dengan enam kecamatan yang terdampak; Kecamatan Bayat, Kecamatan Cawas, Kecamatan Gantiwarno, Kecamatan Klaten Selatan, Kecamatan Trucuk dan Kecamatan Karangdowo dengan total 13 KK yang menjadi korban. Sedangkan, di daerah Jawa Timur Humas BNPB menyebutkan 15 kabupaten yang terkena dampak yaitu Kabupaten Madiun, Nganjuk, Ngawi, Magetan, Sidoarjo, Kediri, Bojonegoro, Tuban, Probolinggo, Gresik, Pacitan, Tranggalek, Ponorogo, Lamongan dan Blitar dengan total korban banjir 12.495 KK. Banjir di Kabupaten Madiun sendiri melanda hingga 4.317 KK. Selain itu, Kabupaten Bojonegoro sebanyak 1.382 rumah dan 121 hektar sawah dilanda banjir. Lain halnya di Kabupaten Tanggamus, Lampung, terdapat 84 rumah tidak hanya terkena banjir namun juga terendam lumpur. Dengan berbagai bencana yang terjadi, ACT merespon melalui aksi evakuasi, pendirian posko kemanusiaan dan dapur umum, serta pendistribusiaan bantuan logistik. ACT telah mengirim tim-tim terbaik di daerah bersama Masyarakat Relawan Indonesia (MRI), BNPB, BPBD, TNI, Polri, Basarnas, SKPD, PMI, Tagana, dan pihak lainnya dalam melakukan penanganan darurat. Tim ACT-MRI yang turun ke lokasi bencana juga melakukan assessment terkait kerusakan dan kebutuhan darurat warga yang diperlukan saat ini seperti tikar, selimut, makanan siap saji, air minum, personal hygiene (pembalut, popok, alat mandi, pakaian dalam), obat-obatan, makanan bayi, serta pendirian tenda telah dilakukan dan informasi terus disebarluaskan kepada para donatur. “Kami tak hanya bicara tentang derita dan kehancuran, tapi juga ikhtiar merangkai harapan. Kami tak cuma berharap empati dan belas kasih, tapi menyiapkan wahana memuliakan kita semua sebagai manusia, sebagai hamba Allah yang terus berikhtiar saling memuliakan,” papar Ahyudin selaku Presiden ACT dalam rilisnya, Jumat (8/3/2019). “Hingga saat ini tim kami masih terus melakukan evakuasi dan pemantauan di lapangan. InsyaAllah kita pun sudah menyiapkan relawan medis dan segera memberi bantuan kepada warga yang membutuhkan. Saat ini ACT menetapkan masa tanggap darurat banjir selama 14 hari yaitu tanggal 6 -19 Maret 2019. Selama masa ini, relawan siap siaga dari kemungkinan adanya banjir susulan, harapannya masyarakat tetap semangat bahu membantu untuk memulihkan rumah dan lingkunganya,” pungkasnya. Dengan semangat kemanusiaan dan kepedulian tinggi, Aksi Cepat Tanggap (ACT) terus mendukung dan berkordinasi dengan tim-tim daerah untuk memaksimalkan eksekusi bantuan serta program yang ada. Hal ini agar masyarakat yang menjadi korban dapat pulih kembali baik secara moril dan meteriil. (lak) |
Indonesia Darurat Banjir dan Longsor: Respon Cepat ACT Selamatkan Ribuan Warga di Berbagai Daerah
- Advertisement -