JAKARTA, MENARA62.COM– Indonesia membutuhkan tenaga kerja siap pakai dalam jumlah yang besar guna mendukung pembangunan. Penyediaan tenaga kerja siap pakai tersebut bisa dilakukan melalui pendidikan vokasi baik pada level pendidikan menengah maupun level pendidikan tinggi.
“Ke depan kita membutuhkan tenaga kerja siap pakai, tenaga kerja yang memiliki keahlian, dan itu hanya bisa disiapkan oleh pendidikan vokasi,” jelas Direktur Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia) Sarmada saat menyampaikan kuliah umum bagi mahasiswa baru, Selasa (15/8).
Diakui Sarmada, untuk pendidikan tinggi, Indonesia masih sangat kekurangan pendidikan vokasi. Dari 4500 perguruan tinggi yang ada, hanya 43 perguruan tinggi yang berbentuk vokasi berupa politeknik.
“Itu artinya pendidikan tinggi yang vokasi baru 5 persen. Ini sangat kecil dibanding universitas,” lanjut Sarmada.
Fakta tersebut jelasnya sangat berbeda jauh dengan AS, Korea dan Jepang. Di negara maju tersebut, pendidikan vokasi mendominasi penyelenggaraan pendidikan tinggi.
Sarmada mengatakan saat ini pemerintah telah mengubah kebijakannya dengan memperbanyak pendidikan vokasi baik untuk level pendidikan tinggi maupun pendidikan menengah. Tetapi untuk pendidikan tinggi, tentu dibutuhkan SDM pengajar yang memang menguasai dan ahli dalam bidang pendidikan vokasi.
Karena itu, Sarmada mendorong mahasiswa baru Polimedia untuk terus belajar dan menguasai keahlian yang dipelajarinya dengan baik. Selain terbuka peluang untuk menjadi entrepreneur yang handal, lulusan Polimedia juga bisa saja menjadi pengajar baik dilevel pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.
Dalam kuliah yang menampilkan keynote speaker Ketua MPT Zulkifli Hasan dan pengusaha Tanri Abeng tersebut, Sarmada juga mengingatkan akan persoalan yang kini dihadapi oleh para mahasiswa. Terutama ancaman dengan makin maraknya gerakan radikalisme yang propagandanya salah satunya dilakukan melalui media sosial.
“Saya berharap mahasiswa teliti dan berhati-hati dengan gerakan-gerakan radikalisme. Jangan mudah terpengaruh, bekali diri dengan pengetahuan dan pemahaman bahwa Indonesia sejak berdiri memang merupakan negara dengan keberagaman penduduk,” tambahnya.
Senada juga dikatakan Zulkifli Hasan. Ia mengatakan bahwa Indonesia dibangun oleh para pendiri bangsa dengan keberagaman suku, bangsa dan agama, juga budaya. Karena itu lahirnya UUD 1945 dan Pancasila.
“Jangan jadikan Pancasila hanya sebagai simbol semata. Mari kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari,” tutupnya.