28.8 C
Jakarta

Infodemik, Bikin Masyarakat Abai Bahaya Virus Corona

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Informasi berlebihan atau disebut infodemik bisa memperburuk penanganan wabah virus corona. Bahkan dalam situasi tertentu, infodemik dapat berakibat fatal berupa kematian pasien Covid-19.

Pendidi Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Harry Sufehmi menjelaskan infodemik kini tak kalah memprihatinkan disamping kasus pandemic Covid-19 itu sendiri. Banyak berita-berita atau cerita-cerita berlebihan seputar Covid-19 alias hoaks.

“Misalnya penggunaan obat tertentu untuk mengobati Covid1-19, konsumsi makanan atau buah tertentu, dan lainnya. Informasi berlebihan sering membuat masyarakat menjadi lalai untuk menerapkan aturan atau protocol kesehatan untuk cegah Covid-19,” katanya di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 BNPB, Sabtu (18/4/2020).

Mengutip Antara, Harry mengakui istilah infodemik itu sudah mengglobal bahkan  turut memperburuk situasi penanganan Covid-19.

Di sisi lain, Harry juga menjelaskan bahwa sesungguhnya para ulama jaman dahulu telah menyusun Ilmu hadist untuk melawan hoaks, tatkala saat itu banyak beredar hadis palsu.

Untuk itu, perlu dipahami bahwa dasar untuk mendeteksi dan menangkal hoaks menurut Harry adalah melalui apa yang seperti diajarkan oleh hadist melalui ulama dengan dasar sanad dan matan, yaitu mengetahui asal atau sumber dan bunyi makna dan pemahaman tentang isinya.

“Dasarnya simpel untuk membantah atau mendeteksi hoaks, yaitu sanad dan matan. Sanad itu sumber, matan itu konten. Jadi maksudnya, kita cek kalau kita dapat berita, sanadnya apa nih, sumbernya darimana. Kalau cuma forward-an Whatsapp yang gak jelas sumbernya sama sekali, ya kita anggap hoaks aja sampai terbukti sebaliknya, jadi supaya aman,” tambah Harry.

Kemudian, terkait konten atau isi berita,  masyarakat sebaiknya mengecek apakah konten tersebut ada yang aneh atau tidak. Apabila ada isi berita yang ketika dibaca isinya langsung membangkitkan emosi, marah, gusar atau bahkan, ketakutan, serta mungkin berlawanan dengan yang selama ini beredar di media massa, maka harus dicek atau seperti tadi saja, dianggap sebagai berita hoaks sampai terbukti sebaliknya.

“Jadi mengetahui ini hoaks atau bukan itu simpel. Kita sudah diajarkan dari zaman dahulu yaitu apakah sanadnya jelas, gimana kontennya. Jadi kalau kita umat muslim sudah bisa berpegang kesitu, maka sebenarnya kita sudah bisa menghindari hoaks ini,” kata Harry.

Sebagaimana diketahui bahwa Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai bagian dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 mencatat setidaknya infodemik berupa hoaks atau informasi yang tidak benar seputar COVID-19 di Indonesia mencapai 566 kasus.

Sementara itu Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) melalui pemeriksa faktanya secara spesifik mencatat misinformasi dan disinformasi seputar COVID-19 sebanyak 301 berita hoaks hingga pukul 22.00 WIB pada Jumat kemarin.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!