SURABAYA, MENARA62.COM – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, dalam kunjungan kerja ke Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), melihat beberapa inovasi yang dihasilkan oleh civitas akademik ITS dipamerkan dalam pelaksanaan Dialog Kampus Merdeka bersama Mendikbudristek, Kamis (21/10). Menurut Nadiem, inovasi yang ia lihat tersebut dapat di konversi ke dalam Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
“Hasil karya dan inovasi yang saya lihat di pameran sangat bagus. Itu dapat dikonversi ke dalam MBKM, sehingga akan lebih banyak lagi inovasi yang diciptakan perguruan tinggi,” tutur Menteri Nadiem dalam siaran persnya, Jumat (22/10).
Berbagai inovasi karya civitas akademik ITS dipamerkan dalam pelaksanaan Dialog Kampus Merdeka bersama Mendikbudristek. Salah satunya adalah PETA EVARI yang bermula dari penelitian Adjie Pamungkas, Retno Indro Putri, Wahyu Setiawan, Arna Ferrajuannie, Johannes Krisdianto, dan Ita Elysiyah. Kerja tim mahasiswa ITS ini, menghasilkan inovasi Peta Evakuasi Raba Berbicara (PETA EVARI).
PETA EVARI, terang Retno adalah media pembelajaran warga sekolah SMP/SMA LB-A YPAB dalam mempelajari jalur evakuasi di lingkungan sekolahnya. “PETA EVARI ini merupakan bagian dari kegiatan Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim ITS (Puslit MKPI ITS) untuk ketangguhan Surabaya dalam menghadapi gempa dari program Global Future Cities dengan pendanaan dari UK FCDO,” katanya.
Ide awal dari media pembelajaran ini berasal dari salah satu guru netra dari sekolah YPAB, Tutus Setiawan, untuk pembelajaran orientasi mobilitas. Kemudian, ide ini dikembangkan oleh MKPI untuk pembelajaran jalur evakuasi sebagai upaya peningkatan kapasitas kelompok rentan. “Peningkatan kapasitas kelompok rentan ini merupakan bagian dari upaya memperkuat ketangguhan kota Surabaya terhadap bencana,” ujar Retno.
Sementara itu, Mahasiswa ITS Prodi Teknik Elektro, Royyan Wafi Pujiyanto, memperlihatkan produk inovasi mahasiswa berupa cat pelapis dan stiker yang beri nama CoFilm+. Produk inovasi tersebut diciptakan untuk mengurai penularan pademi Covid-19 yang diketahui berasal dari virus Sars Cov-2.
“Inovasi ini digagas oleh Research Center For Advanced Materials and Nanotechnology ITS yang diketuai oleh Agung Purniawan, beserta tim mahasiswa dikoordinir oleh saya,” terang Royyan.
Sejak bulan juni 2020, kata Royyan, ia bersama tim melakukan penelitian untuk membuat inovasi cat pelapis dan stiker antivirus untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19. Cat pelapis dan stiker tersebut menggunakan teknologi Nano Copper sebagai bahan aktif antivirus yang dapat diaplikasikan di permukaan benda yang sering disentuh seperti gagang pintu, ralling tangga, meja, dan lain-lain yang berada di rumah sakit, sekolah, restoran, kantor, bandara, tempat belanja, maupun tempat pribadi.
“Penggunaan teknologi nano copper dipilih karena banyak digunakan sebagai material yang dapat membunuh berbagai macam virus dan bakteri,” ujarnya.
Inovasi yang menggunakan teknologi Nano Copper ini telah diuji di Institute of Tropical Disease Universitas Airlangga oleh Prof. Kazufumi Shimizu dari Kobe University sebagai ketua peneliti untuk menguji performa antivirusnya. Hasilnya menunjukan bahwa virus SARS COV-2 diatas permukaan CoFilm+ 90% dapat mati dipermukaan benda yang diberikan cat pelapis ini dalam waktu 10 menit, sedangkan 99,9% virus dapat mati dalam waktu 1 jam.
“Harapan kedepanannya cat pelapis antivirus ini bisa menjadi inovasi yang dapat membantu masyarakat luas dalam mengurangi penyebaran virus Covid-19,” pungkas Royyan.