PACITAN, MENARA62.COM – Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Prof., Dr., Sofyan Anif M.Si., menjadi narasumber dalam kajian Safari Ramadhan yang diselenggarakan Institut Studi Islam Muhammadiyah Pacitan (ISIMU), yang bertema, “Membangun Spiritualitas dan Mengasah Keikhlasan di Bulan Suci Ramadhan untuk Memperkokoh Spirit Persyarikatan”, Jumat (7/4).
Dalam kesempatan itu, Rektor UMS bersyukur karena bisa memenuhi permintaan rektor dan Ketua PDM Pacitan untuk bisa melihat langsung proses pembangunan masjid sekaligus calon kampus ISIMU Pacitan.
“Tempat ini akan dikembangkan menjadi program studi di luar kampus utama ISIMU, tentu ini masih berada dalam payung UMS. Jadi kita berharap bisa segera operasional, rumah tahfidz ini akan kita bangun jadi dua lantai,” ungkap Sofyan.
Pada awal pemaparan kajian Ramadhannya, Sofyan mengingatkan pada hadirin semua, bahwa ketika bicara spiritualitas dalam benak, fikiran dan hati kita pasti akan terkait dengan keimanan, dan ketakwaan.
“Inilah yang sebenarnya menjadi essensi kehidupan, orang hidup itu adalah iman. Tetapi tidak hanya sekedar iman karena iman itu abstrak, seperti iman kepada Allah, iman kepada Rasul. Padahal kita belum pernah ketemu, tapi ketika kita percaya, itu yang disebut iman,” ujar Rektor UMS itu.
Jadi iman itu masih abstrak, lanjut dia, iman harus dimanisfestasikan atau diwujudkan dalam perbuatan riil. Dalam bentuk amal atau sering disebut sebagai amal saleh.
“Jadi essensi orang hidup itu harus beriman, sementara tujuan hidup adalah beribadah sesuai Qs. Az-Zariyat ayat 56,” tambahnya.
Maka dalam beraktivitas sehari-hari, ungkapnya, harus diorientasikan dalam rangka beribadah kepada Allah, dan beribadah itu basisnya iman.
“Dalam Muhammadiyah ‘laa illaaha illallah‘ yang berarti tiada Tuhan selain Allah yang dimaknai kita harus yakin harus taat dan menjalankan perintah, apapun yang diajarkan dalam Al Qur’an maupun sunnah dalam bentuk perbuatan,” jelasnya.
Ketika KH Dahlan mempelajari surat pendek yaitu QS. Al-Maun, yang sudah dipelajari selama 3 bulan dan hafal diluar kepala. Namun, KH Ahmad Dahlan tidak dinaikkan hafalan itu, karena itu Muhammadiyah ingin surat ataupun ayat-ayat yang dibaca ini dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Tidak hanya sebatas iman, tapi diwujudkan dalam amal sholeh, itu Muhammadiyah,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan, Nabi Muhammad memberikan analogi Ramadhan itu sebagai kekasih. Betapa indahnya bulan Ramadhan, maka kita harus merasa bahagia. Tamu agung? Mengapa karena tamu itu akan memberikan berkah dan memberikan nikmat luar biasa.
“Ramadhan mampu membangun karakter seseorang, menjadi orang yang punya spiritualitas yang tinggi,” pungkasnya.
Kajian tersebut turut dihadiri dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Pacitan, Kepala Desa, Kepala Dusun, tamu undangan, termasuk kader muda, baik mahasiswa maupun Ortom Muhammadiyah. (Fika)