KAIRO, MENARA62.COM — Kelompok yang menyebut diri ISIS menyatakan bertanggung jawab atas serangan penembakan terhadap polisi di Paris, Ibu Kota Perancis, Kamis malam (Jumat WIB), yang menewaskan satu polisi dan membuat dua lainnya terluka parah.
Antaranews.com melaporkan, ISIS menyatakan penyerang Paris itu sebagai salah satu tentaranya yang dinamai Abu Yousif, warga negara Belgia, demikian laporan Reuters.
Kepolisian dan kementerian dalam negeri Perancis mengungkapkan bahwa satu polisi terbunuh dan dua lainnya terluka dalam penembakan di Paris pusat pada Kamis malam. Penembakan, yang juga menewaskan si penyerang, terjadi di pusat perbelanjaan Champs-Elysees hanya beberapa hari menjelang pelaksanaan pemilihan presiden Prancis.
Seorang saksi mata mengatakan kepada Reuters bahwa seorang pria keluar dari satu mobil di tempat kejadian dan mulai memuntahkan peluru dari senapan mesin. Seorang sumber di kepolisian mengatakan tembakan juga terjadi di lokasi lainnya di dekat tempat insiden.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Perancis mengatakan terlalu dini untuk mengatakan motif dibalik penembakan itu. Namun, kementerian menjelaskan bahwa serangan itu sengaja menargetkan polisi.
Kejaksaan Perancis mengatakan bagian kontraterorisme kantor kejaksaan telah mulai melakukan penyelidikan. Namun, tiga sumber di kalangan kepolisian mengatakan penembakan itu kemungkinan merupakan percobaan perampokan bersenjata.
Kepolisian meminta masyarakat untuk menghindari lokasi kejadian. Gambar televisi memperlihatkan monumen Arc de Triomphe serta setengah wilayah Champs Elysees dipenuhi kendaraan-kendaraan polisi, sorotan lampu serta personel kepolisian bersenjata berat yang menutup lokasi insiden. Menurut seorang wartawan, saat itu terjadi adu tembak sengit di dekat toko Marks and Spencers.
Kejadian maut itu muncul pada saat para warga Perancis bersiap-siap untuk mendatangi tempat pemungutan, Minggu, untuk memberikan suara pada pemilihan presiden.
Perancis sejak 2015 berada di bawah status darurat dan telah mengalami serentetan serangan oleh kalangan garis keras, yang menewaskan lebih dari 230 orang dalam dua tahun terakhir.
Sebelumnya pada awal pekan ini, dua pria di Marseille ditangkap. Kepolisian mengatakan keduanya telah merencanakan untuk melakukan serangan menjelang pemilihan.