28.8 C
Jakarta

Islam Masih Memiliki Energi untuk Merekonstruksi Peradaban

Baca Juga:

YOGYAKARTA — Umat Islam masih memiliki energi untuk bangkit dari keterpurukan dan dominasi peradaban dunia. Hal ini terlihat dari perlawanan politik yang dimulai sejak dasawarsa 1970-an. Kemudian diikuti dengan Revolusi Iran tahun 1979 dan berkembang lebih luas tahn 1980-an, serta puncaknya terjadi peristiwa 9 September 2001.

Demikian diungkapkan Suwarsono Muhammad, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII) pada Stadium General Program Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Sabtu (16/9/2017). Stadium general diikuti seluruh mahasiswa pascasarjana UAD tahun ajaran 2017/2018.

Lebih lanjut Suwarsono mengatakan kelahiran Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) juga termasuk sebagai kebangkitan umat Islam. Namun celakanya, umat Islam dituduh menjadi sumber radikalisme dunia.

Menurut Suwarsono, terpuruknya peradaban Islam sudah berlangsung beberapa abad lalu dan bahkan hingga kini masih berlangsung. Penurunan peradaban Islam yang berada di bawah dominasi peradaban Barat dan Cina ini sudah semakin mendekati titik nadir. “Jika tidak segera dijumpai tanda-tanda kebangkitan akan terjadi kehancuran total. Sungguh sebuah tragedi yang memilukan dan tidak diinginkan,” tandas Suwarsono.

Untuk mengatasi keterpurukan, kata Suwarsono, perlu dirumuskan rekonstruksi peradaban Islam. Tema ini juga sudah cukup lama menjadi topik diskusi kalangan umat Islam dan cendekia muslim. “Tetapi dua frasa yaitu strategi rekonstruksi dan peradaban Islam, merupakan pokok kajian yang amat licin dan persoalan yang amat sulit dibahas,” katanya.

Sudah banyak cedekiawan reformis dan negarawan yang telah dan sedang berusaha untuk melakukan perputaran arah (turnaround). Namun di antara mereka belum ada kesepakatan kapan persisnya kemunduran peradaban Islam.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!