SOLO, MENARA62.COM – Seminar dan Diskusi Pondok Transformasi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali digelar. Pada series ke-2 ini, diskusi mengangkat topik “Peluang dan Tantangan Artificial Intelligence bagi Pendidikan Tinggi,” di Gedung Auditorium Mohammad Djazman UMS, Rabu (10/5).
Seminar dan diskusi mengenai peluang dan tantangan dari hadirnya teknologi Artificial Intelligence (AI) ini disampaikan oleh Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah sekaligus Founder Drone Emprit Ismail Fahmi, S.T., M.A., Ph.D.
Adapun sebagai penyelenggara kegiatan, Kepala Biro Perencanaan dan Pengembangan (Renbang), Munajat Tri Nugroho, S.T., M.T., Ph.D menjelaskan saat ini banyak kegiatan dan teknologi yang semakin berkembang dengan menggunakan AI. Kondisi ini, tak bisa dihindarkan, malah kita manfaatkan untuk tujuan pendidikan yang positif.
“Kemudian UMS memandang bahwa AI itu sebenarnya merupakan peluang untuk bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk pendidikan, pengajaran, penelitian, dan sebagainya. Intinya bertujuan positif,” jelas Munajat.
Diharapkannya dengan adanya AI nanti perguruan tinggi, terutama UMS dan perguruan tinggi lainnya bisa membangun kesadaran kolektif bagaimana menggunakan AI dalam ranah pendidikan. Sehingga akan menghasilkan pendidikan yang lebih efisien, efektif, dan menjadi lebih berkualitas.
Rektor UMS Prof., Dr., Sofyan Anif, M.Si., juga menyatakan bahwa AI memiliki peluang dan tantangan. Dengan peluang dari AI, jika bisa menguasai AI, maka akan menjadi keunggulan dan nilai tambah bagi UMS.
“Dengan keunggulan dan tambahan bisa menerima kehadiran AI ini, itu memang menjadi peluang yang besar. Tidak hanya sekadar kita menyesuaikan tuntutan zaman, tapi juga sekaligus menjadi peluang besar untuk bisa meraih berbagai prestasi,” kata Sofyan Anif.
Kehadiran AI ini bisa juga mengubah kurikulum pembelajaran yang tidak terbatas pada teknologi AI tetapi juga asal ilmu dari AI, jika kehadiran AI bisa diinternalisasikan ke dalam kehidupan kampus.
AI ini juga akan menjadi bagian dari prodi UMS yang akan dibuka di Korea Selatan. Di UMS, mahasiswa akan dikenalkan dengan AI terlebih dahulu kemudian ketika di Tongmyong University Korea akan lebih diperkuat.
“Saya yakin karena di Tongmyong University itu yang maju di bidang IT nya,” tegas Rektor UMS itu.
Ismail Fahmi menegaskan kehadiran teknologi AI seperti ChatGPT itu tidak dapat dihindari. Di perguruan tinggi, dosen dan mahasiswa juga perlu mempelajari teknologi tersebut sehingga bisa menjadikan ChatGPT sebagai alat bantu pembelajaran.
“Tidak bisa dilarang karena justru dapat meningkatkan kualitas, namun dengan cara yang benar, harus bertanggung jawab,” tegas Ismail Fahmi.
Dia menyarankan, pembelajaran tentang teknologi ini bisa diawali dari kampus terlebih dahulu. Kampus sebaiknya membuat aturan misalnya AI Policy (Kebijakan soal AI) atau seperti kode etik disesuaikan pada masing-masing ranah, sehingga teknologi tersebut dapat digunakan tanpa merusak. “Harus dimininalisir dampak negatifnya,” tegasnya. (Maysali)