JAKARTA, MENARA62.COM — ITB AD siap jadi Pusat Pengembangan Wakaf Muhammadiyah. Ide ini disampaikan rektor ITB AD Dr Mukhaer Pakkana saat memberi Kuliah Umum dan Seminar Program Pascasarjana Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD). Kuliah umum yang bertemakan “Urgensi Gerakan wakaf dan Implementasinya di Muhammadiyah” pada Sabtu (28/9/2019) ini, digelar di Ruang Syahrir Nurut ITB-AD Kampus Ciputat.
Mukhaer mengatakan, pihaknya akan mengembangkan lembaga wakaf yang siap menampung investasi wakaf Muhammadiyah.
Hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut Prof Dr Raditya Sukmana, Ketua Departemen Ekonomi Syariah Universitas Airlangga, serta Dr Amirsyah Tambunan, Wakil Ketua Majelis Wakaf dan Kehartabendaan Muhammadiyah, dan Wakil Sekretaris Jendral Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dikonfirmasi, Mukhaer pada Senin (30/9/2019) mengatakan, “Kami memang akan mengembangkan lembaga wakaf dan besar harapan kami ini akan menjadi percontohan bagi kampus-kampus Muhammadiyah atau amal usaha muhammadiyah lainnya atau dengan kata lain, kami siap menjadi pusat pengembangan investasi wakaf Muhammadiyah,” ujarnya.
Menurut Mukhaer, pengembangan bisnis melalui wakaf khusunya di Muhammadiyah memiliki aset dan potensi yang sangat besar. Hanya saja, wakaf sebagai instrumen keuangan belum mampu dioptimalkan dalam membangun ekonomi umat.
“Problemnya memang sampai dengan hari ini, Perbankan masih menjadi primadona di kalangan umat termasuk Muhammadiyah. Padahal salah satu legacy produk keuangan dalam sejarah Islam adalah potensi wakaf,” ujarnya.
Mukhaer juga menjelaskan, dengan program pascasarjana magister ekonomi syariah yang ada di kampusnya, ada banyak sumber daya manusia yang siap membangun dan mengembangkan lembaga wakaf yang mampu memadukan teknologi dan produk wakaf.
“Saat ini, pendekatan konvensional dan administratif saja tidak cukup untuk pengembangan wakaf, tapi juga harus melalui pendekatan technopreneur. Dengan bantuan dosen dan praktisi yang menjadi tenaga pengajar dan juga lulusan program pascasarjana magister ekonomi syariah, saya yakin lembaga wakaf yang berbasis teknologi
semacam ini bisa dibangun dan dikembangkan di ITB-AD,” katanya.
Lebih lanjut, Mukhaer berharap, lembaga wakaf yang didirikan ini mampu memberdayakan umat dan membangun kemandirian ekonomi umat.
“Harapannya melalui lembaga wakaf ini, ITB-AD terlibat dalam proses pemberdayaan umat serta ikut membangun perekonomian umat yang mandiri. Wakaf yang diterima oleh lembaga ini nantinya akan dimanfaatkan untuk hal-hal yang produktif sehingga mampu melahirkan para socio technopreneur yang memang menjadi visi ITB-AD, dengan dimodali lembaga wakaf ini. Selain itu, hadirnya lembaga ini dapat meminimalisir riba di tengah masyarakat,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Amirsyah Tambunan mendukung ITB-AD menjadi pusat pengembangan Inventasi Wakaf Muhammadiyah.
“Kita sangat mengapresiasi gagasan ITB-AD soal pendirian Pusat Pengembangan aset Wakaf Muhammadiyah. Aset dana yang segar ada di perbankan minimal 20 Triliyun milik Muhammadiyah. Sedangkan aset keseluruhan dengan tanah minimal 200 Triliyun. Melalui gagasan ini, ITB-AD menjadi yang pertama Perguruan Tinggi yang concern terhadap pengembangan Wakaf Indonesia,” katanya.
Dukungan lainnya juga mengalir dari Raditya Sukmana, dirinya mengapresiasi langkah ITB-AD. Ia berharap, gagasan tersebut dapat dilaksanakan dan direalisasikan agar potensi wakaf khususnya di Muhammadiyah dapat berkembang.
“Potensi wakaf dengan skema pembiayaan yang sesuai dengan prinsip syariah dapat di kembangkan dengan baik,” ujarnya.