29.8 C
Jakarta

IWI : Kebutuhan Air Bersih Naik Selama Pandemi, Infrastruktur Perlu Dibenahi

Baca Juga:

JAKARTA MENARA62.COMIndonesia Water Institute (IWI) meluncurkan hasil penelitian tentang pola penggunaan air bersih oleh masyarakat selama masa pandemi Covid-19. Penelitian bertajuk “Study of Clean Water Consumption Patterns during Covid-19 Pandemic” ini diluncurkan lewat kegiatan semi-webinar yang dilakukan secara luring dan daring (online) melalui platform Zoom Meeting di Auditorium Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Jakarta, Kamis, 11 Februari 2021.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimulyono, dalam sambutan kuncinya mengatakan, air bersih merupakan hal yang krusial dan telah ditetapkan sebagai salah satu isu prioritas oleh negara-negara anggota UNESCO diantara berbagai isu lainnya.

“Dewasa ini, ketika seluruh negara sedang berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan air bersih, tantangan baru muncul bersamaan dengan pandemi Covid-19 yang belum selesai yaitu, untuk mencukupi kebutuhan air bersih yang meningkat untuk memastikan protokol kesehatan, dalam hal ini mencuci tangan, dilaksanakan dengan baik,” kata Basuki.

Menurut Basuki, selama lima tahun terakhir ini, Kementerian PUPR terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan ketahanan air. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, khususnya untuk rumah tangga, dibangun infrastruktur penyediaan air baku, seperti intake, jaringan distribusi, juga tampungan-tampungan air seperti bendungan dan embung sebagai sumber air baku.

“Kedepan, perlu disusun suatu kebijakan yang menyeluruh dan terpadu terkait pengelolaan sumber daya air, khususnya dalam rangka ketahanan air nasional,” ujar Basuki.

Sementara Ir. Firdaus Ali, MSc, PhD, Chairman dan Founder IWI, dalam pemaparan hasil penelitian ini membeberkan sejumlah temuan penting. Pertama, ditemukan adanya perubahan pola penggunaan air bersih selama masa pandemi.

“Terdapat peningkatan kebutuhan air bersih sebanyak 2 hingga 3 kali keadaan normal (sebelum Pandemi Covid-19). Peningkatan kebutuhan ini berhubungan dengan penerapan protokol kesehatan selama masa pandemi. Kedua, air bersih tidak hanya digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, tapi juga untuk air minum di beberapa daerah yang tidak terjangkau oleh air minum dalam kemasan (AMDK),” ujar Firdaus.

Menurut dia, secara alamiah AMDK merupakan gaya hidup, namun dalam masa pandemi ini masyarakat terpaksa menggunakannya sebagai sumber air bersih/minum. Bagi Pemerintah, ini adalah tantangan nyata yang sangat diharapkan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Firdaus menambahkan selama masa pandemi, pengeluaran rumah tangga mengalami peningkatan hingga 7% dari kondisi normal. Bila hal ini terus berlangsung, tidak hanya krisis air yang akan terjadi, tapi juga sulit untuk mengatasi pandemi Covid-19. Tambahan pengeluaran rumah tangga tersebut semakin memberatkan karena kondisi perekonomian Indonesia yang belum sepenuhnya pulih. Banyak anggota masyarakat yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi Covid-19.

“Sebelum pandemi Covid-19, Indonesia sudah berada dalam kondisi krisis air bersih. Saat ini air bersih perpipaan (yang disediakan oleh Perusahaan Air Minum) baru menjangkau 21,8% dari penduduk Indonesia. Pembenahan infrastruktur air bersih diperlukan terutama karena Indonesia belum sampai pada puncak pandemi Covid-19,” kata Firdaus Ali.

Temuan IWI ini menurutnya, makin memperlihatkan pentingnya memutakhirkan infrastruktur air bersih di Indonesia agar terhindar dari krisis air bersih yang lebih dalam lagi. “Negara harus turun tangan mengatasi isu krisis air bersih ini dengan membangun infrastruktur air bersih yang modern dan menjangkau seluruh penduduk Indonesia,” lanjut Firdaus.

Menteri Basuki mengatakan hingga tahun 2024 mendatang, Pemerintah menargetkan peningkatan kapasitas penyediaan air baku mencapai 50 m3/detik, 500.000 hektar irigasi baru dan rehabilitasi 2 juta hektar irigasi eksisting, dan revitalisasi 15 danau prioritas. Selain itu, dilakukan peningkatan menjadi 100% akses terhadap air minum yang layak, 90% akses terhadap limbah domestik (sanitasi), serta 100% akses layanan sampah perkotaan.

“Hasil kajian IWI ini akan menjadi masukan yang berharga bagi Pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian PUPR, dalam upaya meningkatkan ketahanan air nasional”, kata Basuki

Seperti diketahui, penelitian, yang dilakukan pertama kali di Indonesia (mungkin di dunia), ini dilakukan IWI sejak 15 Oktober hingga 12 November 2020, melibatkan 1.296 responden di seluruh Indonesia. Survei dilakukan secara daring (online) oleh IWI.

 

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!