“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.”
— Nabi Muhammad SAW
Pesan Nabi Muhammad SAW tersebut menunjukkan betapa pentingnya akhlak mulia. Ya, akhlak mulia (al-akhlaq al-karimah) atau sering disebut juga dengan akhlak terpuji (al-akhlaq al-mahmudah) adalah ciri pribadi mulia.
Seseorang yang memiliki akhlak mulia akan dihormati dan dihargai oleh orang lain, juga dicintai dan disayangi Allah SWT. Sebaliknya, seseorang yang memiliki akhlak yang buruk dan tercela (al-akhlaq al-madzmumah) tidak akan dihormati dan dihargai oleh orang lain, bahkan mungkin akan dihindari orang lain, karena mereka khawatir terhadap keburukan yang akan menimpa mereka ketika bergaul dengan orang yang berakhlak buruk tersebut. Dia juga akan dibenci oleh Allah karena perilaku buruknya.
Akhlak mulia adalah ciri khas para nabi dan rasul, juga orang-orang saleh. Mereka mulia di mata manusia karena budi pekertinya yang luhur, sikapnya yang santun, ucapannya yang menyejukkan, dan pribadinya yang ramah. Mereka juga mulia di hadapan Allah karena sikapnya yang lemah lembut dan penuh kasih sayang terhadap sesama. Allah yang memiliki sifat Rahman dan Rahim sangat mencintai hamba-hamba-Nya yang berakhlak dengan sifat-sifat-Nya.
Dalam sebuah kesempatan, Nabi Muhammad SAW pernah menyatakan, “Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari gangguan (kejahatan) lisan dan tangannya”. (HR. Bukhari)
Hadis ini menunjukkan bahwa di antara akhlak terpuji adalah menjadikan orang lain nyaman dan tenang ketika berada di sisi kita. Mereka tidak khawatir akan tersakiti hatinya atau tersinggung perasaannya karena ucapan kita. Mereka juga tidak takut dengan perlakuan buruk yang mungkin akan menimpa mereka karena tindakan dan sikap kita. Mereka menikmati kebersamaan dengan kita.
Orang-orang dengan akhlak terpuji akan memiliki banyak saudara, teman, dan sahabat. Kehadirannya selalu memberi kesejukan. Keberadaannya selalu menghadirkan kedamaian.
Orang-orang yang memiliki akhlak terpuji, tidak hanya bersikap baik kepada sesama manusia. Bahkan kepada binatang, tumbuhan, serta makhluk-makhluk Allah yang lainnya pun dia bersikap baik. Dia berusaha menjadi rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam). Dia akan bersikap ramah terhadap lingkungan. Karena dia sadar sepenuhnya, bahwa ketika dia bersikap ramah kepada lingkungan, berlaku baik kepada alam, maka alam pun akan bersahabat dengannya. Sebaliknya, ketika seseorang abai terhadap lingkungan sekitar, bahkan cenderung merusak, maka alam pun enggan bersahabat dengannya, tidak menutup kemungkinan alam akan murka kepadanya.
Mari kita perhatikan apa yang terjadi di tengah-tengah kita. Ketika manusia tidak peduli dengan lingkungan, abai dengan kelestarian alam, alam akan melakukan hal yang sama.
Ketika manusia tidak menjaga kebersihan, misalnya, dengan membuang sampah sembarangan, alam mengirimkan banjir. Ketika manusia merusak hutan, alam menghadirkan longsor. Ketika manusia, karena tuntutan gaya hidup membangun rumah kaca, maka alam merespon dengan semakin menipisnya lapisan ozon. Ketika manusia dengan keserakahannya melakukan pengeboran sejumlah tempat yang diduga terdapat sumber minyak dan gas bumi, untuk kepentingan segelintir orang, alam mengirimkan lumpur panas, seperti yang terjadi di Sidoarjo, Jawa Timur. Dan masih banyak lagi kejadian-kejadian di muka bumi ini yang merupakan efek buruk dari perilaku manusia yang tidak terpuji.
Mari kita amalkan pesan Rasulullah SAW, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Ahmad)
Pesan Rasulullah tersebut bisa dimaknai secara luas. Manusia terbaik adalah mereka yang kehadirannya memberi manfaat bagi lingkungan di sekitarnya. Manusia mulia adalah mereka yang selalu menghadirkan kebaikan, memberi kedamain, menebarkan ketenangan kepada lingkungan di sekitar tempat tinggalnya, bahkan lebih luas lagi.
So, jadilah makhluk terpuji!
Ruang Inspirasi, Sabtu (10/10/2020).