31.9 C
Jakarta

Jadilah Pendamai

Baca Juga:

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat.”
(Q.S. Al-Hujurat: 10)

Dalam kehidupan sehari-hari, hubungan antarsesama tidak selamanya berjalan mulus. Selalu saja ada hal-hal yang memicu lahirnya perbedaan pendapat, perselisihan, bahkan tidak jarang terjadi pertikaian.

Bagaimana sikap kita terhadap mereka yang tengah berselisih? Apakah membiarkannya begitu saja, karena itu bukan urusan kita? Ataukah kita membela salah satu di antara mereka yang kebetulan adalah saudara atau mungkin teman dekat kita?

Islam mengajarkan bagaimana sikap yang harus kita ambil dalam menghadapi perselisihan antarsesama. Ayat ke-10 dari surat Al-Hujurat yang penulis kutip di awal tulisan ini mengajarkan kepada kita, jika kita menjumpai ada di antara saudara, sahabat, atau mungkin tetangga kita yang tengah berselisih, bertengkar atau bahkan bertikai, maka tugas kita mendamaikan keduanya. Jadi, bukan malah memprovokasi mereka sehingga persoalan semakin rumit. Bukan pula dilakukan dengan membela salah satu di antara keduanya, karena kedekatan emosional kita.

Mendamaikan dua orang yang tengah berselisih adalah tugas mulia. Mengikatkan kembali tali persaudaraan antarsesama adalah amal saleh. Merajut kembali buhul-buhul ukhuwah adalah bagian dari ibadah.

Ironisnya, banyak di antara kita, atau mungkin diri kita sendiri, alih-alih mendamaikan orang-orang yang tengah berselisih, justru memperkeruh suasana. Kehadiran kita tidak menyelesaikan masalah, justru menambah masalah. Kedatangan kita alih-alih menyejukkan suasana, justru membuat suasana semakin panas.

Padahal, Nabi Muhammad Saw mengingatkan: “Setiap sendi dari manusia harus bershadaqah setiap hari. Mendamaikan dua orang yang berselisih dengan adil, setiap saat matahari terbit, adalah shadaqah. Menolong orang mengangkat barang ke atas kendaraannya atau menurunkan dari kendaraannya adalah shadaqah. Kata-kata yang baik adalah shadaqah. Setiap langkah menuju shalat adalah shadaqah. Dan membuang duri dari jalan adalah shadaqah.” (HR. Al-Bukhari)

Mendamaikan

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Maukah kalian kuberitahu suatu perkara yang lebih utama daripada derajat shaum, shalat, dan shadaqah. Para sahabat berkata, “Tentu saja ya Rasulullah!” Beliau lalu bersabda, “Pekara itu adalah mendamaikan perselisihan. Karena karakter perselisihan itu membinasakan.” (HR. Ahmad)

Rangkaian ayat ke-10 pada surat al-Hujurat, serta beberapa riwayat hadis di atas menunjukkan betapa penting dan mulianya mendamaikan dua orang yang tengah berselisih. Karena dengan mendamaikan dua orang yang sedang berselisih, berarti kita berusaha mengikatkan kembali tali persaudaraan di antara mereka, memautkan kembali dua hati yang sedang berjauhan, mengurai kembali benang kusut ukhuwah di antara mereka.

Sungguh, betapa mulianya orang-orang yang mampu menjadi pendamai. Kehadiran mereka mampu meredam permusuhan, meredakan pertikaian, mendamaikan perselisihan. Mereka layaknya oase bagi para musafir di padang tandus, yang sangat membutuhkan kesejukan. Mereka tak ubahnya seperti malaikat penebar rahmat, yang kehadirannya selalu dinanti untuk memberikan keteduhan dan kedamaian.

Mari kita cermati kondisi saat ini. Betapa sulitnya mencari sosok yang bisa menghadirkan keteduhan, ketenangan dan kedamaian. Bahkan, sosok yang kita anggap agamis sekalipun, tidak jarang alih-alih menghadirkan ketenangan, justru menimbulkan keresahan. Mereka yang ke sana ke mari membawa simbol-simbol agama, alih-alih menjadi perekat umat, justru kerap menebar kebencian antarsesama. Sikap merasa paling benar, dan menganggap yang lain salah adalah pangkal persoalannya.

Padahal, Islam mengajarkan sikap toleransi antarsesama. Jangakan antarsesama umat Islam, bahkan terhadap pemeluk agama lain pun harus saling menghormati dan menghargai.

Sekali lagi, marilah menjadi sosok pendamai yang kehadirannya menebar rahmat. Bukankah Nabi Saw pernah menyatakan bahwa sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain? Bukankah Islam adalah agama yang memegang teguh prinsip rahmatan lil ‘alamin?

Jika al-Qur’an dan Hadis mengajarkan kita untuk menjadi pendamai, lantas mengapa seringkali kita justru menjadi pemecah belah, pencerai berai?

Ada baiknya kita kembali renungkan pesan dari surat al-Hujurat ayat ke-10 di atas. Dengan pikiran yang tenang, jiwa yang lapang, marilah kita jalani hidup dan kehidupan ini dengan penuh kedamaian. Jadilah pendamai yang terus menebar kasih sayang.

Penulis: Didi Junaedi/Rabu, 20 November 2019.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!