Sukoharjo, MENARA62.COM – UMS tanpa Plastik kembali menggelar Jagongan Sampah Kampus #10 dengan tema “Tata Ruang dan Waste Management”. Tema ini diangkat karena ketika kita melihat kondisi saat ini, tata ruang dan waste management menjadi bagian penting dari terwujudnya lingkungan sehat berkemajuan.
Ahmad khoirul selaku inisiator UMS tanpa plastik turut menambahkan bahwa ketika kita berbicara tata ruang kita akan berbicara pula konsep dan rencana awal dalam pembuatan tata ruang. Tata ruang hijau tidak hanya berbicara rimbun dan hijau saja. Tetapi juga berbicara kebersihan dalam kawasan tersebut, itu berarti berbicara bagaimana pengelolaan sampah yang baik dalam penataaan.
Diskusi Jangongan sampah kampus yang digelar secara daring melalui meeting zoom pada hari Rabu (07/04/21) dihadiri oleh dua narasumber yang bergerak di bidangnya masing-masing yaitu seorang Communication & Development URIC, Environmental Specialist & Solid Waste Engginer yaitu Sessario Bayu Mangkara dan Indrawati yang merupakan Dosen Prodi Arsitektur FT UMS sekaligus sebagai Ketua Pusat Studi Arsitektur Islam.
Kedua narasumber dalam diskusi dipandu oleh Ismokoweni yang merupaka Ketua dari LLHPB PDA Sukoharjo.
Konsep tata ruang hijau tidak hanya berbentuk taman dengan pohon rindang saja, tetapi membutuhkan 8 aspek yang harus berjalan secara beriringan.
Diantaranya, Green planing and design, green open space, green waste, green transportation, green water, green energy, green building, dan green community.
Sebagaimana yang dijelaskan Indrawati, bahwa aspek yang dibutuhkan pada tata ruang hijau ada 8 aspek.
“Apa saja yang dibutuhkan dalam menata ruang terbuka hijau? Ada 8 aspek, yaitu green planning and design, green openspace, green waste, green transportation, green water, green energy, green building, dan green community. Dan semua itu harus berjalan dengan selaras,” Jelasnya.
Indrawati juga menambahkan pentingnya berkolaborasi untuk mewujudkan green campus.
“UMS saat ini sedang merancang green campus. UMS saat ini belum masuk daftar green campus, maka dari itu dibutuhkan kolaborasi dengan semua pihak, fakultas, lembaga dan organisasi lainnya,” imbuhnya.
Universitas menjadi bagian penting dari gerakan perubahan lingkungan khususnya dalam pengelolaan sampah. Universitas berperan menjadi agen of change di masyarakat melalui keilmuan dan pengabdian masyarakat.
Dalam pemaparannya, Rio menyatakan bahwa kampus berperan dan harus menjadi agen of change dalam Pengelolaan sampah.
“Universitas dengan berbagai disiplin ilmu harusnya mampu menjadi agen of change dalam mengatasi problematika sampah di Indonesia. Paling tidak universitas sudah mampu mengelola sampah yang telah dihasilkan,” ujarnya
Dalam melaksanakan diskusi jagongan Sampah Kampus, UMS tanpa plastik tidak berjalan sendiri melainkan berkolaborasi dengan bank sampah kreasik, hizbul wathan ums, LLHPB PDA Sukoharjo URiC dan LPM Pabelan.
(Khoirul)