JAKARTA, MENARA62.COM– Untuk menjaring penderita tuberculosis (TB) dari kalangan anak-anak bukan masalah gampang. Penyebabnya antara lain sulitnya mengenali gejala TB pada anak.
Karena itu seringkali anak yang menderita TB sudah dalam kondisi parah saat ditangani dokter.
“Batuk dianggap hal wajar yang biasa diderita anak, meski itu berulang dan disertai demam. Banyak orangtua tidak curiga sebagai TB,” kata Fahrul Rozi, Sos. MA, Koordinator FO-M&E MATiC di sela pelatihan diagnosa TB Anak untuk 294 petugas Puskesmas se-Jakarta Timur, Selasa (12/9).
Karena itu, untuk membantu memudahkan petugas kesehatan mengenali gejala TB pada anak, diluncurkan program Muhammadiyah Against TB in Children [MATiC]. Program ini mengambil Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur sebagai pilot project.
Fahrur Rozi mengatakan program MATiC sudah digelar sejak April 2017 dan akan berakhir Juni 2018. Selain mengadakan pelatihan diagnosa TB anak untuk petugas Puskesmas, program MATiC juga melakukan sosialisasi bagi 246 kader kesehatan dari 10 kecamatan yang ada di Jakarta Timur.
“Sejak 19 Mei program MATiC membantu pelayanan mobile rontgen secara gratis di 10 Puskesmas kecamatan,” lanjut Fahrur Rozi.
Pelayanan mobile rontgen dibuka Senin hingga Jumat selama 1 tahun program berlangsung. Adapun jadwal rotgen untuk masing-masing Puskesmas meliputi Senin Puskesmas Makasar dan Karamatjati, Hari Selasa digelar di Puskesmas Cakung dan Pulogadung, Hari Rabu untuk Puskesmas Duren Sawit dan Cipayung, Hari Kamis di Puskesmas Pasar Rebo dan Ciracas, sedang untuk Hari Jum’at di Puskesmas Jatinegara dan Matraman.
Sampai akhir Agustus 2017, tim MATiC telah melakukan rontgen terhadap 1547 anak rentang usia 0-14 tahun, baik melalui investigasi kontak kader, kunjungan petugas KPLDH ke rumah pasien TB yang sedang berobat ataupun yang datang sendiri melalui Poli TB. Pola investigasi kontak ini berguna untuk dilakukannya skrining kepada seluruh keluarga dan juga empat rumah tetangga terdekatnya. Sehingga jika ada anak yang berumur 0-14 tahun meskipun tidak mempunyai ciri-ciri diduga TB maka Kader memberikan voucher agar anak tersebut melakukan tes mantoux.
“Program ini sangat membantu dalam menemukan kasus TB anak khususnya di Jakarta Timur sebagai pilot project sampai Juni tahun depan,” tukas Fahrur Rozi.
Adapun kader-kader yang terlibat membantu program MATiC antara lain Kader TB Aisyiyah, Kader TB PKPU, kader kesehatan Puskesmas, kader Posyandu, dan kader Jumantik.
Dan saat ini program MATiC bekerjasama dengan Jonshon & Jonshon dalam melakukan edukasi pengetahuan TB anak melalui Wayang yang akan ditanyangkan pada saat Mobile Rongent di Puskesmas. Untuk perdana pemutaran wayang dilakukan di Puskesmas Pulogadung pada 12 September 2017. Tujuannya dengan pemutaran wayang ini anak-anak yang sedang menunggu tes rontgent, tes mantoux maupun induksi sputum bisa terhibur.
Data Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur menunjukkan penemuan kasus TB Anak sebelumnya hanya 9 persen hingga 10 persen. Tetapi sejak diterapkan proram MATiC, angka kasus yang terungkap meningkat menjadi 16 persen.
Harapannya, dengan makin banyaknya kasus TB anak yang terungkap dan tertangani maka kasus-kasus TB akan semakin menurun. Penanganan dan pengobatan sejak dini terhadap TB diharapkan mempercepat pencapaian Indonesia bebas TB.