29.1 C
Jakarta

Jatam Difabel Muhammadiyah Produksi Telur Moe Bersertifikasi Internasional

Baca Juga:

SLEMAN, MENARA62.COM – Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah terus menunjukkan komitmennya dalam mewujudkan masyarakat berdaya, mandiri, dan mendunia melalui penguatan ekonomi berbasis inklusi. Komitmen tersebut diwujudkan lewat pengembangan peternakan ayam petelur sehat Telur Moe yang dikelola oleh Jamaah Tani Muhammadiyah (Jatam) Difabel.

Langkah strategis ini diperkuat dengan Kickoff Program Kemitraan Peningkatan Ekonomi Berbasis Inklusi melalui Pengembangan Ternak Ayam Petelur Sehat, yang digelar pada Rabu (31/12). Program ini merupakan hasil kolaborasi antara MPM PP Muhammadiyah, Lazismu Pusat, dan Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta.

Program pendampingan tersebut menjadi tonggak penting, sebab Telur Moe tercatat sebagai produk telur dari komunitas difabel pertama di dunia yang peternakannya bersertifikasi HFAC (Humane Farm Animal Care), sebuah standar internasional yang menjamin kesejahteraan hewan ternak.

Ketua MPM PP Muhammadiyah, Nurul Yamin, mengatakan bahwa program ini merupakan bagian dari strategi penguatan ekonomi masyarakat berbasis komunitas.

“Kelompok-kelompok yang selama ini termarjinalkan mendapatkan ruang untuk berekspresi secara ekonomi,” ujarnya.

Menurut Yamin, pengembangan Telur Moe memiliki tiga dimensi utama. Pertama, dimensi kesehatan, karena peternakan dikelola dengan prinsip pakan sehat dan kesejahteraan hewan (animal welfare).

“Kedua adalah dimensi ekonomi. Produk Telur Moe dikelola sepenuhnya oleh difabel, dengan desain kandang yang ramah difabel, kursi roda bisa masuk, sehingga mereka benar-benar menjadi aktor ekonomi,” jelasnya.

Dimensi ketiga adalah kolaborasi, yang menjadi ciri gerakan dakwah Muhammadiyah.

“Ini berkaitan dengan pangan, dan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta memiliki sumber daya yang sangat kuat dalam pengembangan pangan,” tambah Yamin.

Sementara itu, Pendamping Jatam Difabel peternak ayam petelur, Arya Khoirul Hamam, menjelaskan bahwa pengelolaan peternakan Telur Moe telah memenuhi standar global Certified Humane.

“Peternakan ini mengedepankan kesejahteraan hewan yang tinggi, traceability produk yang baik, sehingga kualitas telur juga lebih sehat dan ramah konsumen,” ungkapnya.

Arya menambahkan, program pemberdayaan ini membawa perubahan signifikan bagi komunitas difabel.

“Awalnya mereka sama sekali tidak tahu beternak. Hari ini, teman-teman difabel sudah mampu membayar zakat. Dulu membawa proposal, sekarang justru dimintai proposal,” katanya.

Saat ini, pengembangan terus dilakukan dengan meningkatkan kapasitas produksi. Jumlah ayam petelur ditargetkan meningkat hingga 300 persen, dari semula 300 ekor menjadi sekitar 1.000 ekor.

Dukungan juga datang dari Badan Pembina Harian Unisa Yogyakarta, Adam Jerusalem. Ia menilai program kemitraan ini sejalan dengan visi Unisa sebagai universitas berwawasan kesehatan.

“Unisa menyambut baik program MPM dalam memberdayakan kelompok difabel untuk peningkatan ekonomi melalui produksi telur ayam,” ujarnya.

Adam menegaskan, kolaborasi lintas entitas di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah sangat potensial untuk terus dikembangkan.

“Di Unisa ada Prodi Gizi yang bisa melakukan penelitian terkait kandungan nutrisi telur yang diproduksi oleh kandang difabel bersama MPM. Ini sangat sejalan dengan cita-cita Unisa,” pungkasnya. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!