SOLO, MENARA62.COM – Wakil Kepala Sekolah Penggerak bidang humas dari SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta Jatmiko membagikan tips cara menulis berita semudah bercerita. Hal ini dia sampaikan pada Coaching Clinic Program Calon Kepala Sekolah Perguruan Muhammadiyah. Sebanyak 5 guru calon kepala sekolah dari SD Muhammadiyah 22 Sruni Surakarta, SD Muhammadiyah 3 Surakarta dan SD Muhammadiyah 8 Jagalan Surakarta, Rabu (20/12/2023).
“Menulis berita sekolah itu semudah bercerita,” ujar Jatmiko.
Humas yang pernah meraih humas reward terbaik pertama pada tahun 2019 ini menyampaikan untuk membuat berita bisa diawali dari berpikiran sekolah yang maju dan punya masa depan. Dreaming (bermimpi), innovating (berinovasi), acting (aksi), branding (pencitraan), dan marketing (memasarkan).
“Bermimpi, bervisi, dan bercita-cita. Banyak kita temui sekolah itu kecil, berada di pelosok dan kondisinya serba terbatas, namun dapat disulap menjadi besar dan maju karena kepala sekolahnya bermimpi besar. Ini bisa jadi bahan berita,” jelasnya.
Misalnya, Kepala sekolah bisa dikategorikan inovatif bila telah memiliki ciri; baru (tidak sama dengan yang lainnya), khas (berbeda dengan pesaing), terencana (dipersiapkan secara mattans) dan bertujuan jelas.
Selain itu, Kepala sekolah bisa dikategorikan inovatif bila telah memiliki ciri berikut; baru (tidak sama dengan yang lainnya), khas (berbeda dengan pesaing), terencana (dipersiapkan secara mattans) dan bertujuan jelas.
Kepala sekolah perlu melakukan aksi nyata. Perlu gerakan, perlu pula program dan kegiatan praktis. Banyak mimpi dan inovasi besar tapi gagal, karena mimpi dan inovasi itu hanya ada di otak dan pikiran kepala sekolah. Tidak sampai dikampanyekan dan dilaksanakan.
“Untuk menulis semudah bercerita bisa melalui saluran seperti: majalah, koran, spanduk, baliho, billboard. Media elektronik seperti, radio dan televisi. Dan media sosial seperti: YouTube, Facebook, TikTok, Line, Telegram, Instagram, dan Twitter,” tambahnya.
Di samping itu Branding. Hasil produk atau layanan sekolah yang inovatif harus ditindaklanjuti dengan brand. Nama yang dipakai benar-benar mencerminkan produk dan sekolah. Nama benar-benar orginal, mudah dibaca dan mudah diingat. Selanjutnya dibuatkan tagline dengan kata-kata singkat, padat dan penuh filosofi.
“Berhubungan media menjadi elemen fundamental dalam pekerjaan kehumasan, promosi, edukasi dan sosialisasi. Seperti Kantin SD Muhammadiyah 1 bersertifikat dari BPOM dan Kemenkes,” pungkasnya. (*)