YOGYAKARTA, MENARA62.COM — JISRA Indonesia Akan Suarakan Ecofeminism dan Kerukunan Lintas Iman. Mereka akan menyuarakan itu dalam Global Conference on Women’s Rights in Islam (GCWRI). Dimensi spiritual menjadi salah satu bagian penting dalam mengatasi krisis iklim dan kerusakan lingkungan.
Untuk mengeksplorasi hal tersebut, Joint Initiative for Strategic Religious Action (JISRA) mengadakan Global Conference on Women’s Rights in Islam (GCWRI) di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (UNISA) pada 14-16 Mei 2024 mendatang.
Konferensi ini menjadi ruang diskusi untuk menyuarakan gerakan ecofeminism, sebagai bagian dari upaya membangun masyarakat yang damai dan adil.
Di tengah rangkaian konferensi yang dihadiri oleh peserta dari berbagai wilayah di dunia tersebut, JISRA mengadakan talkshow pada Rabu 15 Mei 2024 dengan mengangkat tema: Ecofeminism dan Kebebasan Beragama & Berkeyakinan: Memperkuat Peran Perempuan dan Anak Muda dalam Merawat Kerukunan Lintas Iman dan Pembangunan Perdamaian di Indonesia.
Mutiara Pasaribu, Country Coordinator JISRA Indonesia mengungkapkan talkshow ini menjadi ruang untuk membagikan pengalaman dan kisah gerakan perempuan dan lingkungan yang telah dilakukan oleh mitra lokal JISRA Indonesia.
“Pada acara ini, perwakilan dari organisasi mitra JISRA Indonesia, yakni Muhammadiyah, Mosintuwu, dan Yayasan Fahmina akan membagikan pembelajaran terkait kerja-kerja perempuan dan anak muda lintas iman dalam merawat lingkungan dan keberagaman identitas, serta menguatkan perspektif dan dukungan publik atas inisiatif yang ada di Indonesia,” terangnya.
Toleransi
JISRA merupakan konsorsium global yang bekerja sama untuk merawat keberagaman dan mempromosikan toleransi lintas kelompok agama dan keyakinan. Konsorsium ini terdiri dari 50 mitra lokal di Ethiopia, Indonesia, Irak, Kenya, Mali, Uganda dan Nigeria. Di Indonesia, terdapat sepuluh organisasi masyarakat sipil yang tergabung dalam konsorsium ini, yaitu AMAN Indonesia, Fahmina Institute, Fatayat NU Jawa Barat, Jaringan GUSDURian, Imparsial, DIAN Interfidei, Institut Mosintuwu, Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, dan Peace Generation.
Lebih lanjut, Direktur Program Eco Bhinneka Muhammadiyah, Hening Parlan, mengajak kawan-kawan berbagai lintas agama dan keyakinan, termasuk anak muda dan perempuan, untuk bergerak bersama, menggunakan masing-masing nilai-nilai keyakinannya dalam melestarikan alam. “Dengan value of faith yang kita miliki, kita bisa bekerja bersama dalam konteks kemanusiaan. Mari kita jadikan upaya merawat lingkungan, sebagai jalan bagi kita untuk merawat perdamaian,” ajaknya.
Kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan dokumentasi terkait pengalaman dan pembelajaran atas inisiatif merawat kerukunan dan lingkungan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok perempuan dan anak muda di tingkat lokal. Pengalaman tersebut diharapkan mampu menginspirasi dan memotivasi publik termasuk pemerintah untuk mendukung dan melakukan upaya yang sama.
Rangkaian pelaksanaan kegiatan Global Conference on Women’s Rights in Islam (GCWRI) sendiri, dapat diakses melalui laman situs https://aisyiyahstudies.org/. Jika berminat, silahkan hubungi narahubung: Farah (0811-255-1236)/ Sarjoko (0822-2414-1102).