MAKKAH, MENARA62.COM – Angka kunjungan dan perawatan pasien di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah tahun 2019 mengalami penurunan. Penurunan ini tidak lepas dari faktor status kesehatan jemaah haji dan juga peranan petugas di kelompok terbang (kloter) dan non kloter.
Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan (Siskohatkes) pada Ahad (21/7) pukul 00.00 waktu setempat, KKHI Makkah sudah melayani 76 jemaah haji. Sebanyak 61 orang di antaranya sudah dipulangkan kembali ke kloternya, sementara 15 orang lainnya masih menjalani rawat inap.
“Sedangkan jemaah haji Indonesia yang masih dirawat inap di RS Arab Saudi sampai dengan saat ini ada 21 orang,” jelas Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja Makkah, dr. Muhammad Imran, MKM dalam siaran persnya, Senin (22/7).
Diakui ada perbedaan kasus atau penyakit yang terjadi di kloter, KKHI Makkah dan RS Arab Saudi. Kasus terbanyak yang terjadi di kloter dan paling sering dikeluhkan jemaah ialah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Sementara yang banyak dilayani di KKHI Makkah adalah jemaah dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan demensia. Sedikit berbeda dengan di RS Arab Saudi yang banyak menangani kasus pneumonia dan jantung.
“Jadi kalo kita bandingkan dengan tahun lalu, ada penurunan jumlah kunjungan maupun jumlah yang dirawat di KKHI. Penurunan ini sekitar 20%. Jadi alhamdulillah jemaah haji tahun ini kondisinya kesehatannya lebih baik,” terang dr. Imran.
Lebih lanjut ia menjelaskan penyebab fenomena tersebut. Menurutnya, penetapan istitaah kesehatan yang sudah dimulai dari tanah air menjadi salah satu penyumbangnya. Sebelum jemaah haji berangkat sudah dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui dan mengukur tingkat kesehatan dan kebugarannya.
Petugas kesehatan di daerah juga beberapa kali melakukan pembinaan dalam bentuk penyuluhan dan konsultasi kesehatan kepada jemaah. Dengan demikian mereka tidak hanya menyadari pentingnya kesehatannya tapi juga memiliki bekal pengetahuan dan wawasan akan pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat utamanya selama berada di Arab Saudi.
“Ini sudah dibekali sejak di tanah air. Kemudian mereka berangkat ke Arab Saudi walaupun dengan jemaah yang tergolong risiko tinggi lebih dari 60%, setiba di Arab Saudi, mereka sudah menggunakan alat pelindung diri,” katanya.
Faktor lainnya dari sisi petugas dalam memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan yang terus dilakukan hingga di Arab Saudi. Imbauan-imbauan untuk menjaga kesehatan sering digaungkan dan selalu disampaikan sejak kedatangan jemaah di bandara hingga ke pondokan/hotel tempat jemaah menginap.
Tugas ini dilakukan bersama-sama oleh petugas dalam kloter seperti Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) dan pembimbing ibadah maupun petugas non kloter atau Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bidang kesehatan, baik itu Tim Promotif Preventif (TPP), Tim Gerak Cepat (TGC) dan Tim Kuratif Rehabilitatif (TKR) yang saling bahu-membahu melayani jemaah. Dengan begitu, determinan kesadaran jemaah dan kontribusi petugas menjadikan kondisi kesehatan jemaah haji Indonesia tahun ini secara umum dapat dikatakan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
“Namun kita harus tetap tawadhu dalam menjalankan tugas ini,” kata Dr. dr. Eka Jusup Singka, MSc, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes.