33.3 C
Jakarta

Jusuf Kalla: Ulama Penting Untuk Meluruskan Pemikiran Yang Salah

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM — Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengingatkan tentang peran ulama yang amat penting untuk meluruskan pemikiran yang salah di kalangan ummat. Menurutnya, di masyarakat potensi disharmoni ada, dan kondisi ini bisa semakin buruk jika ada ketidakadilan.

“Baik disengaja, atau tidak, ketidakadilan yang terjadi bisa menjadi masalah bagi disharmoni. Salah satunya faktor ekonomi. Karena itu, pemerintah ingin menjalankan ekonomi yang adil,” ujar Jusuf Kalla ketika membuka Halaqah Nasional Ulama dengan tema “Peran Ulama dalam Membangun Kehidupan Bangsa yang Harmoni” di Jakarta, Kamis (16/11/2017).

Harmoni itu harus diatur, jadi bukan hanya kemauan pasar. Oleh karena itu, menurut Jusuf Kalla, peranan menjaga perdamaian merupakan peran kita semua. “Kita membutuhkan ulama untuk memberikan fatwa, pandangan pengajian dakwah. Termasuk mengurangi ketimpangan ekonomi. Disitulah, perlunya dakwah bil lisan dan bil haq. Ulama memberikan contoh dan dorongan,” ujarnya.

Jusuf Kalla mengajak, agar ulama tidak hanya mengajak pada kebaikan akhirat, tetapi juga mengajak dan mendorong agar ummat lebih makmur. “Ustadz itu jangan hanya pidato tentang sunnah, tapi juga berdagang, itu sunnah rasul,” ujarnya.

 

Karena itu, menurut Jusuf Kalla, di pondok pesantren juga perlu digiatkan perdagangan, entrepreneurship.

Keislaman Indonesia

Sebelumnya, Prof Muhammad Amin Abdullah, Pembina Ma’arif Institute dalam sambutannya mengungkapkan, mempertemukan ulama tidak mudah. “Jangankan yang sepuh, diantara yang muda saja sudah cukup sulit,” ujarnya.

Dalam konteks global internasional, sekarang dunia Muslim sedang dalam keadaan turbulensi. “Di Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Tengah, minority di barat, umat Islam sedang turbulensi. Dalam situasi semacam ini, Indonsia disorot secara serius oleh dunia internasional. Mereka bertanya-tanya, mengapa tipologi keislaman Indonesia sangat berbeda dari keislaman di belahan dunia lain itu,” ujarnya.

“Banyak negara di dunia yang ingin mendengar langsung tentang Islam washatiyah dari mulut pertama. Kami menemui berbagai pihak, di Eropa dan Amerika, dan mereka berharap, Indonesia menjadi role model dalam keislaman,” ujarnya.

Konteks kedua, secara internasional, Amin Abdullah mengungkapkan, apa yang terjadi di Arab Saudi saat ini, memperlihatkan pergeseran cara berislam di Arab Saudi yang semula agak keras dan rigit, tetapi sekarang memilih Islam washatiyah.

“Bagaimana konteks nasional, inilah yang akan didiskusikan. Keislaman, keindonesiaan dan kebangsaan dan kemoderenan. Dari waktu ke waktu kita memang harus tetap membahas ini lagi. Karena belakangan, dalam 20 tahun terakhir, fenomena takfiria, daulah Islamiyah,” ujarnya. NKRI Syariah mulai muncul di media sosial dan banyak tempat lainnya.

 

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!