26.4 C
Jakarta

Kader Kesehatan Tentukan Keberhasilan Sistem Informasi Posyandu

Baca Juga:

YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Kader kesehatan yang memiliki motivasi tinggi sangat menentukan keberhasilan sistem informasi Posyandu. Sebab mereka mau berkorban demi Sistem Informasi Posyandu sehingga dapat memberikan kepuasan penggunanya.

Demikian hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan Cicin Hardiyanti, Mahasiswi Program Studi Informatika, Program Magister Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII). Penelitian dan pengabdian kepada masyarakat tersebut dilaksanakan di Kalurahan Bimomartani, Kabupaten Sleman, dan Kalurahan Tirtorahayu, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Cicin mengangkat judul penelitian ‘Evaluasi Faktor Keberhasilan dan Kegagalan Sistem Informasi Posyandu Kesehatan Ibu dan Anak Menggunakan Model Human, Organization, Technology, dan Fit (HOT FIT) dan Analisis Kualitatif dengan Fishbone Diagram.’ Cicin dibimbing dua dosen yaitu Dr Sri Kusumadewi, SSi, MT, dan Rahadian Kurniawan, SKom, MKom.

Sri Kusumadewi Dosen Jurusan Informatika FTI UII yang memiliki bidang penelitian pada informatika medis. Sedang Rahadian Kurniawan, Dosen Jurusan Informatika FTI UII yang konsentrasi bidang penelitiannya pada gim serius, pemrosesan citra medis, sistem informasi kesehatan, sistem pendukung keputusan klinis.

Lebih lanjut Cicin, menjelaskan Model HOT-Fit dan Analisis Kualitatif dengan Fishbone Diagram dapat digunakan untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan Sistem Informasi Posyandu Ibu dan Anak. Dari dua kalurahan yang ditelitinya. Bimomartani merupakan kalurahan yang tidak berhasil, sedang Tirtorahayu sebagai kalurahan yang berhasil menerapkan Sistem Informasi Posyandu.

“Di Kalurahan Bimomartani, kader kesehatan kurang memiliki motivasi dan tidak rela berkorban. Sedang di Tirtorahayu, kader kesehatannya memiliki motivasi tinggi dan mau berkorban untuk membeli pulsa agar Sistem Informasi Posyandu berjalan lancar,” kata Cicin kepada wartawan secara virtual, Senin (30/9/2024).

Penelitian, kata Cicin, diawali dengan penelitian pendahuluan untuk mengidentifikasi masalah, menentukan variabel, dan mengumpulkan data. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif.

Pendekatan kuantitatif digunakan di lokasi yang berhasil menerapkan SIP dengan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data. Pendekatan kualitatif digunakan di lokasi yang gagal menerapkan SIP dengan wawancara langsung sebagai teknik pengumpulan data.

“Berdasarkan hasil penelitian, faktor keberhasilan didukung oleh faktor manusia (kepuasan pengguna dan penggunaan sistem) dan faktor teknologi (kualitas informasi dan layanan). Sebaliknya, kegagalan lebih banyak disebabkan oleh faktor teknologi, seperti kualitas sistem dan informasi yang buruk. Faktor lain yang menjadi kegagalan implementasi adalah kurangnya motivasi kader menggunakan sistem dan kurangnya komunikasi antara pengguna dan pengembang sistem,” kata Cicin.

Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam pengumpulan data kualitatif yang dilakukan cukup lama setelah pelaksanaan di Posyandu Bimomartani. Oleh karena itu, diperlukan logbook implementasi SIP yang teratur dan lengkap.

“Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan strategi implementasi SIP yang sesuai dengan kondisi setempat, dengan mempertimbangkan faktor teknologi, manusia, dan organisasi. Strategi yang disarankan mencakup dukungan kepemimpinan, kesiapan dan kolaborasi, dukungan anggota tim, serta pengetahuan teknis dan keterampilan anggota tim,” kata Cicin.

Menurut Cicin, secara keseluruhan, penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi Sistem Informasi Posyandu. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan implementasi sistem informasi di Bimomartani. Di antaranya, kualitas sistem seperti kesulitan login ke sistem informasi; sistem yang belum sesuai kebutuhan; motivasi kader dalam menggunakan sistem.

Sedang keberhasilan di Tirtorahayu dipengaruhi di antaranya, pertama, teknologi kualitas sistem berpengaruh positif terhadap penggunaan sistem dan kepuasan pengguna. Kedua, motivasi kader, kemudahan penggunaan, keakuratan, kelengkapan dan efektivitas sistem. Ketiga, kualitas sistem, kualitas informasi, kualitas layanan, kepuasan pengguna, penggunaan sistem dan net benefit.

Sementara Ir Irving Vitra Paputungan, ST, MSc, PhD, Ketua Program Studi Informatika Program Magister FTI UII yang juga Pakar Soft Computing dan Algorithm mengatakan Cicin Hardiyanti sebagai mahasiswa S2 Magister Informatika Universitas Islam Indonesia, konsentrasi Informatika Medis. Cicin telah meraih suatu pencapaian yang sangat membanggakan.

“Cicin telah menunjukkan dedikasi dan komitmen yang luar biasa dalam menempuh pendidikan ini. Dari berbagai tantangan yang dihadapi hingga penelitian yang dilakukan, semua itu adalah bukti nyata dari semangat belajarnya,” kata Irving. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!