SOLO, MENARA62.COM– Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Kota Bengawan menggelar Kajian Islam dan Galang Donasi pada Selasa (30/12/2025) di Masjid Al Huda Gurawan, Surakarta. Kegiatan ini menghadirkan Kang Bambang Eko, S.Ag, khodim KM3 PCPM Kota Bengawan, sebagai pemateri utama dengan fokus pembahasan fikih kebencanaan Muhammadiyah dan nilai-nilai kepedulian sosial.
Dalam kajiannya, Bambang Eko merujuk pada Fikih Kebencanaan yang ditetapkan PP Muhammadiyah melalui Munas Tarjih 2015 dan dibukukan pada 2016. Fikih ini menegaskan bahwa bencana harus dipahami secara utuh, tidak semata sebagai musibah negatif, tetapi juga sebagai sarana refleksi dan pembelajaran bagi manusia.
Ia menjelaskan bahwa dalam Al-Qur’an, bencana kerap disebut sebagai musibah, istilah yang bermakna netral. “Musibah bisa berupa kebaikan maupun keburukan. Cara kita menyikapinya yang menentukan nilai di hadapan Allah,” ujarnya. Ia menegaskan bahwa kebaikan datang dari Allah, sedangkan keburukan sering kali bersumber dari perbuatan manusia sendiri.
Lebih lanjut, Bambang Eko mengutip hadis Rasulullah SAW, “Amrul mukmin kulluhu khairun”, yang menegaskan bahwa setiap urusan orang beriman selalu mengandung kebaikan. Ketika memperoleh nikmat, seorang mukmin dianjurkan bersyukur, dan ketika tertimpa kesusahan, bersabar, karena keduanya bernilai ibadah.
Dalam konteks kebencanaan, ia menekankan pentingnya takziah, empati, dan pendekatan kemanusiaan kepada para korban. Menurutnya, membantu korban bencana tidak hanya soal materi, tetapi juga menguatkan akidah, menenangkan batin, dan menjaga etika sosial agar tidak melukai perasaan korban.
Bambang Eko juga mengingatkan agar masyarakat tidak mudah melabeli bencana sebagai azab. Dalam Al-Qur’an dikenal pula istilah ujian (al-bala’) dan fitnah, yang semuanya harus disikapi dengan kebijaksanaan dan ketakwaan, bukan saling menyalahkan.
Salah satu contoh teladan yang disampaikan adalah kisah Sayidina Utsman bin Affan yang tetap sabar dan bertawakal saat menghadapi ujian besar dalam hidupnya. “Ketakwaan yang tinggi melahirkan ketenangan dan keyakinan bahwa setiap ketetapan Allah pasti mengandung kebaikan,” jelasnya.
Kajian juga menyoroti etika lingkungan, khususnya persoalan sampah yang kerap menjadi penyebab banjir dan longsor. Bambang Eko menegaskan bahwa membuang sampah sembarangan merupakan bentuk kelalaian sosial yang bertentangan dengan ajaran Islam. “Bencana harus menjadi momen muhasabah kolektif, bukan hanya menyalahkan pihak lain,” tegasnya.
Dalam perspektif Muhammadiyah, bencana harus melahirkan semangat ta’awun (tolong-menolong dalam kebaikan). Ia mengibaratkan umat Islam sebagai satu tubuh, sebagaimana hadis Rasulullah SAW, bahwa ketika satu anggota sakit, seluruh tubuh ikut merasakannya. Prinsip solidaritas dan kasih sayang inilah yang menjadi fondasi filantropi kemanusiaan Muhammadiyah.
Menjelang penutup, Bambang Eko mengingatkan keutamaan berbuat baik di bulan-bulan mulia, termasuk bulan Rajab, di mana pahala amal kebaikan dilipatgandakan. Ia mengajak jamaah untuk menjadikan kepedulian sosial dan lingkungan sebagai amalan nyata, terutama dalam membantu sesama yang tertimpa musibah.
“Bencana harus disikapi dengan husnul dhann kepada Allah, introspeksi diri, dan tindakan preventif agar kerusakan tidak terus berulang. Inilah esensi fikih kebencanaan Muhammadiyah,” pungkasnya.
Kegiatan kajian ini ditutup dengan penggalangan donasi sebagai wujud nyata solidaritas dan kepedulian PCPM Kota Bengawan terhadap korban bencana, sekaligus memperkuat peran pemuda Muhammadiyah dalam gerakan kemanusiaan dan dakwah sosial. (*)
