JAKARTA, MENARA62.COM – Lebih dari 6 bulan anak-anak sudah mengikuti pembelajaran daring, dan tidak sedikit juga hal ini memicu adanya kekerasan pada anak yang mengakibatkan penurunan kualitas pendidikan pada anak.
“Pada awalnya semua anak-anak senang belajar, bergerak, dan bermain. Namun karena pandemi, semuanya jadi berubah dan ini mengakibatkan orang tua maupun anak-anak stres dan bahkan anak tidak jarang mengalami kekerasan,” papar Dr Seto Mulyadi, Psikolog Anak yang akrab disapa Kak Seto dalam Webinar memperingati HUT 1 home schooling Kak Seto Bekasi dengan tema Mendidik dengan Cinta, Sabtu (3/10/2020).
Menurut Kak Seto, kurikulum pendidikan harus berpihak kepada anak bukan sebaliknya. Selain itu, orang tua harus bisa berperan menciptakan keluarga yang ramah anak dimulai dari mengganti istilah belajar dari rumah menjadi belajar di rumah.
Kak Seto mengakui bahwa alternatif dari sekolah daring adalah sekolah di rumah atau homeschooling. Hal ini dikarenakan  sistem belajar yang lebih kreatif, mengajarkan anak-anak lebih mandiri, jauh dari pergaulan negatif, siap untuk kehidupan nyata, dan sangat disarankan untuk anak yang berkebutuhan khusus dengan dibantu oleh orang tua sebagai fasilitator dan motivator.
Homeschooling lanjut Kak Seto merupakan pendidikan yang sepadan atau setara dengan pendidikan formal. Ini tertulis dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional pasal 27 yang menyebutkan bahwa pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal setelah peserta didik lulus ujian yang artinya anak yang belajar homeschooling dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lain di pendidikan formal.
“Orang tua bijak mendidik anak sesuai zamannya, stop kekerasan pada anak karena kita akan menuju Indonesia Layak Anak 2030,” tutup Kak Seto.