Oleh : Ace Somantri
BANDUNG, MENARA62.COM – Viral di media sosial, berbagai universitas di Amerika Serikat terjadi aksi keprihatinan terhadap genosida di Gaza Palestina. Free…free…free Palestine begitu suara riuh menggema di seluruh kampus-kampus ternama, bukan hanya mahasiswa yang turun aksi ke jalan melainkan para dosen pun ikut turun menyuarakan keprihatinan. Bagaimana kampus-kampus di Indonesia, nampak terlihat adem ayem seolah tak terjadi apa-apa. Aktifis mahasiswa nyaris tak bergeming, kepekaan jiwanya saat melihat situasi di Gaza, mereka fokus pada kuliah dan tugas-tugas mata kuliah dari dosen-dosennya. Semoga tidak terjebak menjadi mahasiswa kupu-kupu ( kuliah pulang-kuliah pulang) yang berorientasi penyelesaian studi mengejar sarjana dan wisuda. Kecerdasan emosional meningkatkan kemampuan kepekaan dan kepedulian terhadap sesama, menjadi salah satu nilai yang berharga saat melihat saudara seiman dan seagama mendapatkan tindakan keji dan pembantaian jiwa manusia terstruktur dan sistemik.
Jangankan manusia, hewan pun saat dibantai dengan cara yang tidak etis, sangat miris dan pilu melihatnya, apalagi bagi yang merasakan. Ajaran Islam sangat wanti-wanti berpesan, bahwasanya orang mukmin bersaudara…maka jikalau mengikrarkan diri bahwa peristiwa genosida di Palestina adalah bentuk pembantaian yang tidak berperikemanusiaan, rasa sakit yang menyakitkan bagi mereka yang menjadi korban harus dirasakan yang sama oleh saudara lainnya. Pasalnya, saudara seiman dan seagama bagai satu kesatuan tubuh yang saat merasakan salah satu anggota tubuh yang lain sakit maka anggota tubuh yang lain ikut merasa sakit pula. Artinya saat warga Palestina disakiti dan dianiaya hingga terasa menyakitkan, maka warga muslim di manapuh harus ikut merasakannya hingga berupaya dengan cara lain membela dan membantunya hingga realita rasa sakit yang dideritanya menjadi spirit kekuatan batin untuk tetap semangat berjihad fiisabillah tidak menyerah putus asa. Allah Ta’ala akan memberikan pertolongan bagi orang-orang yang tertindas demi mempertahankan jiwa dan raganya untuk agama dan juga hartanya.
Muhammadiyah ormas Islam sangat besar, apalagi memiliki kampus terbanyak di Indonesia. Selama ini Muhammadiyah membantu Palestina dengan berbagai kekuatan yang dimiliki, baik bantuan materiil maupun bantuan lainnya. Alhamdulillah, setelah kampus-kampus ternama di Amerika Serikat bergerak menyuarakan aksi keperihatinan, merebak ke berbagai kampus di Eropa. Akhirmya, perguruan tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah merespon fenomena tersebut hingga saat ini sedang melakukan koordinasi dan konsolidasi nasional untuk ikut turut serta bersuara menyampaikan aksi keprihatinan atas genosida di Gaza Palestina. Semoga bergeraknya seluruh kampus Muhammadiyah seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke dapat memberikan penekanan pada publik, media dan elemen masyarakat lainnya untuk bergerak bersama memberikan dukungan moril dan materil kepada warga Gaza Palestina. Negara-negara tetangga melalui para milisinya sudah lebih jauh mendukung dan membantu membuat poros perlawanan terhadap pendudukan Israel di Gaza Palestina.
Gerakan moral aksi keprihatinan yang akan digelar seluruh kampus Muhammadiyah berharap bukan latah mengikuti yang lainnya, melainkan bentuk keterpanggilan hati nurani untuk sebuah keadilan dan kedamaian. Para milisi negara Timur Tengah sudah banyak berkorban, baik alutsista rudal dan drone-drone yang diluncurkan maupun harta dan jiwanya. Mereka bertakbir demi untuk saudaranya seiman dan seagama, bahkan bukan hanya itu melainkan sikap universal kemanusiaan. Panjang perjuangan Palestina belum berakhir, lahan teritori yang dimiliki Palestina setiap peristiwa peperangan terjadi harus menelan pil pahit. Pasalnya, sedikit demi sedikit wilayahnya dicaplok dan diambil paksa oleh Zionis Israel. Namun, warga Gaza dan yang lainnya tetap gigih mempertahankan sesuai kekuatan yang dimiliki. Bagi Indonesia tidak dapat ditawar untuk terus membantu mengawal dalam forum-forum dunia akan hak-hak kedaulatan sebagai bangsa dan negara yang sah. Jangan sesekali melupakan sejarah. Palestina negara pertama yang mengakui kedaulatan bangsa dan negara Indonesia yang sah. Muhammadiyah bukan lagi ormas Islam Indonesia, melainkan ormas Islam dunia. Kiprah nyatanya sangat dibutuhkan masyarakat dunia, termasuk warga dan rakyat Palestina. Mereka saat ini dalam situasi yang memprihatinkan dan menyakitkan, sehingga sekali lagi tidak ada alasan untuk abai dan tidak peduli kepada mereka, apalagi menolak turut ikut aksi keprihatinan.
Puluhan hingga ratusan ribu warga civitas kampus Muhammadiyah ‘Aisyiyah se-Indonesia serentak bersuara lantang mengutuk keras tindakan keji atas genosida zionis Israel terhadap warga dan rakyat Palestina. Merah warna darah korban warga Gaza Palestina menjadi simbol keberanian, kegagahan dan keperkasaan harus menjadi spirit perjangan jihad fiisabillah untuk pembebasan dan kemerdekaan yang hakiki. Bergerak dan bangkit warga civitas kampus Muhammadiyah ‘Aisyiyah satu kata yang sama. “Palestina Merdeka adalah Harga Mati!. Rakyat Palestina berhak hidup di atas tanah negaranya, mereka pemilik sah yang tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun mereka. Rakyat dan warga Palestina tidak boleh satu mili pun keluar dari tanah kelahiran bangsanya. Merdeka atau mati syahid, gelorakan serentak dengan suara dukungan warga muslim Indonesia tanpa ada syarat apa pun. Berharap banyak kepada seluruh komponen pendidikan tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah, gerakan aksi keprihatinan terhadap Palestina tidak sekedar menunjukkan kekuatan sosial semata kepada publik, melainkan ada goals yang disepakati untuk kebermanfaatan umat manusia, khususnya bagi warga dan rakyat Palestina.
Keterpanggilan hati nurani warga kampus perguruan tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah untuk turun aksi keprihatinan terhadap situasi genosida di Gaza merupakan sesuatu yang sangat prestisius, pasalnya sikap tersebut akan menjadi teladan baik bagi kampus-kampus lain di luar milik persyarikatan Muhammmadiyah. Sikap kepedulian terhadap peristiwa di Palestina bukan sekedar primordialisme kebangsaan melainkan ada nilai-nilai kemanusian yang diruntuhkan dengan cara-cara bengis, brutal dan sadis. Pembantaian dan genosida yang terjadi di Palestina tidak dapat dibiarkan, supporting moral sekaligus material melalui aksi turun ke jalan dengan demonstrasi menyuarakan hak dan keadilan warga dunia terhadap warga dan rakyat Palestina yang tercabik-cabik hak-hak kedaulatannya. Keangkuhan zionis Israel harus dihentikan paksa oleh warga dunia. Lakukan embargo total terhadap segala pendukung logistik militer zionis Israel tanpa kecuali. Kampus-kampus Muhammadiyah ‘Aisyiyah tidak boleh berhenti berteriak menekan warga dunia untuk berkata sama hentikan pendudukan Palestina tanpa syarat. Bila perlu seluruh sekolah Muhammadiyah dari berbagai tingkat satuan pendidikan, minimal tingkat menengah hingga perguruan tinggi. Free…free…Palestine, hentikan genosida dan pendudukan Palestina, lawan kedzaliman zionis Israel hingga titik darah penghabisan. Allahu’akabar. Wallahu’alam.
Bandung, Mei 2024