MALANG, MENARA62.COM — Kaos karya mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil memenangkan dana hibah Pekan Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan (PKM-K) dari Kementerian Riset Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Karya yang diberi nama Kaos Beranimasi Muatan Bahasa Osing (KOBONG) Glow in the Dark ini menjadi salah satu dari 38 karya PKM UMM yang mengikuti monitoring dan evaluasi (monev) eksternal di Universitas Negeri Malang (UMM), Rabu (12/7/2017).
Tim ini beranggotakan lima mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, yakni Robby Cahyadi, Rosidi Hadi Siswanto, Rani Rahmawati, Dewi Larasetiani, dan Risnawati. Salah satu anggota tim, Robby Cahyadi mengungkapkan karya PKM-K yang dibuatnya bersama tim mendapat apresiasi dari tim peninjau monev.
Menurutnya, ini karena sejumlah keunggulan yang dimiliki, yakni bahan kaos yang digunakan berstandar distro, bahasa yang memiliki filosofi, mengangkat budaya lokal, dan tulisan di bagian belakang kaos dapat menyala dalam gelap (glow in the dark).“Tidak ada pertanyaan yang diajukan untuk Kobong Glow in the Dark, Alhamdulillah. Kita optimis untuk bisa maju ke PIMNAS,” kata Robby.
Karya ini terbilang unik karena menggabungkan ide desain visual dengan bahasa dan budaya lokal. Bagian depan karya ini adalah gambar-gambar budaya khas Banyuwangi, seperti blangkon atau barong. Menariknya, gambar-gambar ini dikemas dalam bentuk animasi tiga dimensi. Tulisan Gemelaring yang berarti ‘terus berproses sampai sukses’ menghiasi bagian depan kaos di atas gambar tiga dimensi. Di bagian belakang kaos, terdapat tulisan Using Ngewod Selawase yang berarti Bahasa Banyuwangi tidak akan mati selamanya. “Sasarannya adalah semua usia, baik anak-anak maupun orang lansia, jadi kami buat desain yang bagus untuk semua usia,” imbuh mahasiswa semester 4 ini.
Sejauh ini, Kobong Glow in the Dark sudah dipesan oleh banyak orang. Kaos ini juga sudah bermitra dengan beberapa distro dan agen penjual pakaian di Rembang, Tuban, dan Pasuruan. Berbekal modal Rp 10 juta dari Kemenristekdikti, kini laba yang dikantongi lima mahasiswa ini mencapai Rp 6 juta. Bukan hal mudah untuk membuat karya yang dijual seperti sekarang, mereka butuh hingga lima kali penyempurnaan. “Kami buat pertama, lalu ada masukan dari pembeli, kami perbaiki lagi, sampai lima kali,” kisah Robby.
Terkait strategi pemasaran, Robby mengaku mereka memanfaatkan semua media sosial, seperti Blackberry Messenger (BBM), whatsapp, line, dana kun Instagram Kobong Glow in the Dark dengan nama @kobong-gemelaring. Meski anggota tim tak semuanya berasal dari Banyuwangi, namun mereka menyiasatinya dengan membuat kamus bahasa Osing untuk mendukung kemampuan mereka mempelajari bahasa Osing, sehingga memperkaya kosakata dalam membuat kaos.