JAKARTA, MENARA62.COM – Karya pelukis kontemporer Indonesia, Ronnie Jiang tampil pada Pameran Déstructuralisme Figuratif (DF) Art Project 2021 yang berlangsung di Pavillon 18, Parc Floral de Paris. Bahkan selama 8 hari pameran digelar yakni 13 hingga 21 Oktober 2021, karya Ronnie menjadi salah satu karya primadona.
Di taman yang merupakan paru-paru hijau ibukota seluas 35 hektar ini, karya Ronnie dipamerkan. Karya Ronnie menyajikan destrukturisasi beberapa wajah dengan perpaduan warna yang halus dengan menggabungkan cerita untuk mengekspos kontradiksi dunia saat ini. Ronnie merupakan seorang seniman dengan prestasi tingkat dunia, terutama di Prancis.
“Pameran ini bertujuan untuk berbagi dan bertukar dengan masyarakat umum, media, kolektor dan pecinta seni tentang ekspresi diri dengan cara yang unik serta berbagi visi bersama seni mereka dengan aliran Destrukturalisme,” ucap Ronnie yang dihubungi secara terpisah.
Pameran ini diikuti 55 pelukis internasional yang berhasil diseleksi panitia dari pelamar yang berjumlah lebih dari seratus.
“Aliran ini memiliki makna nyata tentang emansipasi manusia untuk berimajinasi melalui penggabungan praktik artistik seperti lukisan, patung, fotografi, gambar, kolase, seni digital, dan pertunjukan,” urai Ronnie lagi.
“Keunikan lukisan yang dipamerkan adalah selalu terdapat identitas lukisan dengan ciri destrukturisasi wajah, yaitu pada evolusi bentuk, transformasi, metamorfosis figur dan wajah di mana anatomi yang dibentuk ulang dan didekonstruksi dalam jejak atau bayangan kubisme. Fragmen-fragmen yang geometris dan realistis mengidentifikasi tanpa cacat dan dilepaskan dalam liuk-liuknya. Kita bisa mendeteksi beberapa karakter dari kartun yang bercampur dengan wajah atau bagian tubuh. Creature yang unik dan mengesankan ini mengekpresikan bentuk dan indentitas baru,” ungkap Ronnie.
Tarian kontemporer Indonesia yang berjudul Panji Uchrony karya Kadek Puspasari juga ditampilkan pada pameran ini, lengkap dengan iringan musik beberapa elemen Gamelan Jawa yaitu gong, gender dan sitar oleh Christophe dan Thomas.
“Ini ekspresi tari yang terinspirasi dari cerita Panji asal Jawa yang dimodifikasi untuk mengadaptasikan dengan gaya lukisan yang dipamerkan. Koreografi dari tarian ini menyimbolkan sebuah perjalanan identitas dan kehidupan untuk mencari keseimbangan,” ungkap Kadek.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia di Paris, Warsito, mengungkapkan apresiasinya. “Terima kasih kepada para pelukis dan panitia yang telah memberikan kesempatan kepada Indonesia untuk memperkenalkan seni budaya,” tutur Atdikbud Warsito yang menghadiri undangan pembukaan, Sabtu (16/10). Pembukaan dihadiri lebih dari 150 orang yang berasal dari berbagai kota di Prancis dan luar negeri, sekaligus juga dihadiri jajaran Presiden dan Pimpinan Asosiasi DF Art.
“Para pengunjung yang hadir sangat mengapresiasi karya seni yang dipamerkan dan pertunjukan tari Indonesia,” pungkas Atdikbud Warsito.