SLEMAN, MENARA62.COM – Kasus Covid-19 di wilayah Kabupaten Sleman terus mengalami kenaikan. Lonjakan jumlah kasus Covid-19 di Sleman pada bulan Juni 2021 mencapai 5.587 kasus positif. Jumlah tersebut mengalahkan jumlah kasus pada pada bulan Januari 2021 yaitu sekitar 3.000 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman, Joko Hastaryo dalam konferensi pers yang diselenggarakan secara daring menjelaskan bahwa lonjakan kasus Covid-19 yang tinggi pada bulan Juni 2021 ini melenceng dari prediksi yang telah diperkirakan.
“Ini (lonjakan kasus Covid-19) sudah diprediksi yaitu sama seperti yang terjadi pada sebelumnya yaitu puncak kasus Covid-19 pada bulan Januari 2021 dengan jumlah kasus sekitar 3.000 kasus. Antisipasi telah dipersiapkan dari mulai penambahan fasilitas penanganan Covid-19 di Rumah Sakit dan lain halnya serta sesuai rekomendasi pusat. Namun kenyataanya, lonjakkan kasus di bulan Juni ini lebih tinggi dari bulan Januari bahkan hampir dua kali lipat,” jelasnya.
Joko menuturkan, penyebab adanya lonjakan kasus Covid-19 di Kabupaten Sleman ini seperti telah diprediksi sebelumnya yaitu pengaruh adanya libur lebaran selama 5 hari. Joko menilai pada libur lebaran atau cuti bersama tersebut, sebagian masyarakat memanfaatkannya untuk bepergian dan tidak diam di rumah. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab adanya lonjakan kasus Covid-19.
“Penyebab lain dari adanya lonjakan kasus Covid-19 ini pada kenyataannya aktivitas masyarakat tidak menurun bahkan cenderung meningkat. Semua aktivitas tersebut akan sangat berkaitan dengan peningkatan kasus Covid-19,” ujar Joko.
Lebih lanjut, Joko Hastaryo menyampaikan bahwa pada prinsipnya Rumah Sakit, Puskesmas dan layanan kesehatan lainnya diibaratkan sebagai hilir dan masyarakat sebagai hulu. Masyarakat dinilai ikut andil dalam mengendalikan kondisi sehingga layanan kesehatan yang ada tidak mengalami kewalahan atau kapasitas yang berlebihan.
Di samping itu, lonjakan kasus Covid-19 yang tinggi ini juga sangat berpengaruh kepada sejumlah Rumah Sakit yang berada di wilayah Kabupaten Sleman yang menangani kasus Covid-19.
Direktur RSUD Sleman, Cahya Purnama menuturkan bahwa kapasitas ruang penanganan bagi kasus Covid-19 telah terisi hingga 95 persen. Bahkan, RSUD Sleman sempat menutup layanan IGD bagi penanganan Covid-19 dikarenakan kapasitas yang terbatas akibat adanya lonjakan tersebut. “Dikarenakan keterbatasan kapasitas, layanan IGD bagi penanganan Covid-19 sempat ditutup. Namun untuk pelayanan poli dan lainnya masih dibuka, ” jelasnya.
Lebih lanjut, Cahya mengatakan bahwa pihaknya terus berupaya untuk melakukan penambahan kapasitas bagi layanan Covid-19. “Kami akan upayakan (penambahan kapasitas), rencana akan membuka satu bangsal untuk penanganan Covid-19. Namun tentunya hal tersebut tidak mudah karena harus dipertimbangkan untuk SDM-nya, ” Ungkapnya.
Cahya juga menjelaskan adanya lonjakan kasus Covid-19 ini juga berpengaruh kepada pemenuhan kebutuhan salah satunya oksigen. Cahya menyebut dalam kondisi normal, RSUD Sleman menghabiskan 40 tabung oksigen setiap harinya. Saat ini, kebutuhan tabung oksigen di RSUD Sleman mencapai 90 sampai 100 tabung per-harinya.
“Saat ini kebutuhan oksigen dipenuhi dari hari ke hari, artinya setiap hari kami mencari untuk ketersediaan oksigen di RSUD Sleman. Secara umum ketersediaan masih mencukupi,” ungkapnya.
Hal senada diutarakan oleh Direktur RSUD Prambanan, Isa Dharmawidjaja yang turut serta sebagai narasumber dalam konferensi pers yang diselenggarakan secara daring.
Dalam kesempatan tersebut, Isa menjelaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan peggunaan oksigen di RSUD Prambanan, pihaknya memakai dua sampai tiga vendor penyedia untuk mengisi ketersediaan oksigen.
Isa menyebut secara umum ketersediaan oksigen di RSUD Prambanan masih mencukupi untuk satu minggu ke depan. Sementara untuk kapasitas penanganan Covid-19, Isa mengungkapkan bahwa kapasitas ruang di RSUD Prambanan bagi penanganan Covid-19 telah terisi 100 persen. “Adanya lonjakan kasus Covid-19 cukup membuat kondisi di RSUD Prambanan ramai (permintaan penanganan Covid-19). Sehingga kami mengalami kendala keterbatasan tempat,” katanya.
Adanya lonjakan Covid-19 diakui Isa mengharuskan pihaknya menerapkan strategi lain. Isa menuturkan adanya perubahan fungsi dari beberapa ruangan di RSUD Prambanan yaitu ruang IGD non-Covid19 menjadi ruang isolasi Covid-19. Sementara ruang poli dirubah menjadi IGD penanganan Covid-19. Adapun IGD non-Covid19 dipindah ke dalam tenda yang disiapkan terpisah dari lokasi penanganan Covid-19.
Sementara itu Ketua PERSI (Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indoneisa) DIY. Dr. Darwinto, SP.B (onk) yang juga menjadi nara sumber dalam jumpa pers ini mengemukakan pentingnya selter di setiap Kalurahan jangan seolah-olah ini dipaksakan dari Pemerintah atasan. Namun selter ini merupakan tanggung jawab masing-masing Kalurahan untuk menyediakan fasilitas darurat bagi warganya. Pendirian selter dapat dilakukan secara gotong royong masyarakat kareng gotong royong merupakan budaya bangsa kita yang masih dijunjung tinggi sampai saat ini. Ini tanggungjawab bersama perlu kepedulian bersama dan kesadaran yang tinggi untuk mengatasinya.
Pandemi ini mengancam jiwa manusia maka tragedi ini harus diatasi secara bersama tidak harus menunggu perintah. Kalurahan harus bergerak, berdayakan gedung-gedung sekolah dasar yang sudah tidak terpakai. Sementara untuk tenaga kesehatan dan alat kesehatan bisa dibantu oleh Rumah Sakit maupun Dinas Kesehatan yang bisa berkolaborasi dengan Perguruan Tinggi yang ada di Yogyakarta yang memiliki SDM yang cukup banyak.