PEKAN BARU, MENARA62.COM– Bertempat di kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Provinsi Riau hari Ahad 27 Agustus 2017, SR TB HIV Care ‘Aisyiyah mengadakan kegiatan konsolidasi internal organisasi lintas sektor. Kegiatan yang diikuti oleh para petinggi ortom pimpinan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah tingkat wilayah dan daerah, selain dihadiri oleh para pimpinan organisasi, turut hadir dalam kegiatan tersebut kepala dinas kesehatan kota Pekanbaru drg.Helda Suryani Munir,M.Kes.
Kepala dinas kesehatan kota Pekanbaru Drg Helda Suryani Munir, M Kes memaparkan konidisi terbaru terkait hasil capaian kasus Tuberculosis (TB) dan HIV yang ada di kota Pekanbaru.
“Kasus penyakit TB di kota Pekanbaru ini sangat tinggi sekali, dan perlu dikendalikan dan digarap secara serius, karena ini merupakan penyakit yang menular dan sangat mudah penularannya,” jelas drg Helda, Senin (28/8).
Salah satu penyebab tingginya kasus TB HIV di kota Pekanbaru antara lain karena kota Pekanbaru merupakan pusat ibukota provinsi Riau. Sehingga mobilisasi penduduk dari dan ke luar Pekanbaru sangat tinggi.
“Karenanya kita perlu melakukan pengendalian penyakit tersebut supaya tidak semakin meluas,” lanjutnya.
Ia berharap persyarikatan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah dapat bekerjasama dan bermitra dengan dinas kesehatan untuk terlibat langsung dalam pemberantasan penyakit TB ini.
Naning selaku koordinator program SR TB Care ‘Aisyiyah menyampaikan bahwa keterlibatan Muhammadiyah dalam pencarian kasus TB di Riau merupakan bentuk jihad sosial warga persyarikatan Muhammadiyah.
“Muhammadiyah merupakan organisasi keagamaan terbesar yang ada di Riau, sehingga akan sangat efektif jika seluruh kader mulai dari tingkat ranting hingga wilayah secara berjamaah melakukan jihad sosial ini,” jelasnya.
Sementara itu Heri Ssetyawan selaku Tim Advokasi project TB Care Aisyiyah Riau memaparkan beberapa kendala yang di hadapi oleh teman-teman di lapangan dalam upaya mengangkat performa capaian kasus TB di provinsi Riau. Diantaranya adalah kondisi geografis dmana tempat tinggal pasien jauh dari puskesmas tempat pemeriksaan. Selain itu masih terdapat beberapa pihak puskesmas yang menolak pasien untuk melakukan pemeriksaan TB, sehingga hal tersebut menjadi kendala yang sering di alami oleh teman-teman di lapangan.
Ia menilai ke depan sinergi antara dinas kesehatan dengan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah dalam hal pemberantasan penyakit TB ini perlu ditingkatkan terus.
“Harapan kami kedepan mohon untuk dapat di upayakan oleh dinas kesehatan melalui kebijakan nya untuk dapat melayani seluruh pasien yang di bawa oleh para kader muhammadiyah dan ‘Aisiyiyah, karena sering kali terjadi di lapangan para kader dengan susah payah melakukan pengumpulan dahak pada pasien terduga TB, namun saat tiba di puskesmas justru di tolak dan tidak di layani dengan berbagai alasan yang ada,” tambahnya.
Selain mengadakan acara konsolidasi internal organisasi dalam waktu yang bersamaan SR TB HIV Care ‘Aisyiyah mengadakan kegiatan Capacity Building, kegiatan tersebut di ikuti oleh seluruh daerah yang terdapat program TB HIV ‘Aisyiyah di Riau.
Alfia Selaku M&E mengatakan bahwa kegiatan Capacity Building ini sangat bermanfaat sekali bagi tim kami, untuk dapat berbagi informasi dan atur strategi di lapangan antara satu daerah dengan daerah yang lain.
Dalam kegiatan ini kami juga bekerja sama dengan Tim MATIC (Muhammadiyah Againt TB In Children) untuk sharing dan berbagi pengalaman dalam upaya peningkatan dan strategi di lapangan supaya capaian penyembuhan pasien dapat berhasil maksimal.
Senada dengan Alfia, Noval mewakili Tim MATIC menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat perlu dan di harapkan dapat di laksanakan secara rutin.
“Pengalaman kami di program MATIC untuk mendapatkan capaian target yang banyak, kita perlu melakukan pendekatan pada masyarakat dan perlu adanya pendampingan berkala, tim harus selalu berada di lapangan untuk dapat melakukan analisa sosial di masyarakat, sehingga kita dapat mengetahui apa yang di rasakan dan apa yang di perlukan oleh masyarakat,” jelas Alfi.
Demikian juga advokasi dan edukasi pada masyarakat mengenai penyakit ini perlu di sampaikan, karena masih banyak stigma yang ada di masyarakat menyebutkan bahwa TBC merupakan penyakit kutukan dan penyakit yang tidak dapat di sembuhkan.
“Semoga kedepan aksi Jihad sosial masyarakat yang di lakukan oleh Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah dapat dirasakan hasilnya di masyarakat Riau secara luas,” tutup Alfi