JAKARTA,MENARA62.COM – Katarak menjadi penyebab tertinggi kasus kebutaan di Indonesia. Hasil survey Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) yang digelar Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) dan Balitbangkes di 15 provinsi diketahui 3 persen populasi Lansia yang mengalami kebutaan, 81 persen diantaranya dipicu oleh katarak.
“Saat ini berdasarkan data yang tercatat ada lebih dari 3% masyarakat Indonesia mengalami gangguan penglihatan atau kebutaan,” ujar Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) dr. Muhammad Sidik, Sp.M (K) dalam Temu Media dalam rangka memperingati Hari Penglihatan Sedunia 2020 bertema Mata Sehat Indonesia Maju yang digelar secara virtual, Rabu (6/10/2020).
Hasil survei RAAB juga menemukan terdapat peningkatan kasus kebutaan pada tiap provinsi berkisar antara 2.2% hingga 4% setiap tahunnya dengan penyebab utamanya adalah katarak dan kelainan refraksi.
Indonesia lanjut dr Sidik, menjadi salah satu negara dengan kasus kebutaan yang cukup tinggi. Organisasi Kesehatan Dunia WHO memperkirakan pada 2019 tercatat 2,2 miliar penduduk dunia mengalami gangguan penglihatan atau kebutaan termasuk di dalamnya Indonesia.
Senada juga disampaikan Direktur Utama RS Mata Cicendo dr Irayanti, SpM(K). Ia menyebutkan bahwa katarak menjadi salah satu penyebab tertinggi kebutaan di Indonesia dan ini bisa diatasi dengan melakukan operasi katarak.
“Inilah yang menjadi focus kegiatan peringatan Hari Penglihatan Sedunia tahun ini, karena kebutaan dapat mengurangi produktivitas individu,” jelas dr Irayanti.
Diakui dr. Irayanti akses pelayanan kesehatan masih menjadi permasalahan terbesar di Indonesia dan sebagai insan kesehatan diharapkan lebih inovatif dan kreatif agar akses pelayanan bisa terjangkau oleh semua masyarakat guna mencapai prevelensi gangguan penglihatan sebanyak 25% di tahun 2030.
Memperingati Hari Penglihatan Sedunia, Kementerian Kesehatan menggelar sejumlah kegiatan yang bervariasi di rumah sakit di tiap daerah. Kegiatan tersebut diantaranya adalah bakti sosial operasi katarak dengan dengan tetap memerhatikan protokol Covid-19, pemeriksaan kelainan refraksi atau kelainan kaca mata pada anak sekolah untuk mencegah kebutaan dan melakukan skrining retinopati diabetik bagi penderita penyakit diabetes. Retinopati diabetik saat menjadi penyebab tertinggi kebutaan pada penderita diabetes dan ini akan timbul setelah 5 tahun mengalami diabetes.
“Karena makin tingginya gangguan penglihatan di Indonesia, belum adanya pencatatan deteksi dini, dan sumber data yang minim, solusinya adalah SIGALIH/PGP (sistem informasi gangguan penglihatan/penanggulangan gangguan penglihatan)yang dibuat berbasis digital dan android yang bekerja sama dengan P2PTM dengan tujuan melakukan pemetaan daerah yang memiliki gangguan penglihatan, dan mempermudah sasaran outreach,” tutup dr. Iriyanti.