25 C
Jakarta

Kebangkitan Gerakan Mahasiswa Indonesia

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM — Selasa (24/09/ 2019), Penulis Buku Mahasiswa Hanya Bisa Demo! (2007), Andriadi Achmad mengapresiasi gelombang gerakan mahasiswa beberapa hari belakangan menggelinding ibarat bola salju yang semakin membesar dan terus membesar hampir disetiap daerah di Indonesia. Terlepas isu yang membukakan mata mahasiswa dari ketertiduran panjang ini yaitu disahkan oleh DPR RI revisi RUU  KPK dan RUU KUHP.
“RUU KPK dan RUU KUHP hanya pemantik saja, gerakan mahasiswa ini merupakan sebuah gerakan yang sudah terakumulasi dari berbagai kebijakan merugikan dan tidak berpihak kepada rakyat selama ini dipertontonkan secara telanjang oleh para penguasa. Oleh karena itu, momentum saat inilah kekuatan gerakan mahasiswa Indonesia memainkan peran dari kampus ke jalanan,” jelas Andriadi Achmad saat diwawancarai pihak media.
Mantan Aktifis Gerakan Mahasiswa Indonesia pascareformasi era 2000-an ini menegaskan bahwa sejatinya kobaran api gerakan mahasiswa tidak akan pernah padam dan akan terus menyala selagi nilai-nilai kebenaran dan keadilan masih tetap diinjak-injak. Sebuah keniscayaan, nurani gerakan mahasiswa terpanggil untuk memainkan peran utamanya sebagai social of control (kontrol sosial), agent of change (agen perubahan), dan moral force (kekuatan moral) di tengah-tengah ketidakadilan, kezaliman, dan pemerkosaan hak-hak rakyat ditampilkan para penguasa.
“Perubahan besar di dunia kerapkali diinisiasi oleh gerakan mahasiswa, seperti gerakan mahasiswa spanyol menggulingkan diktator Primo De Rivera dan Jenderal De Franco, gerakan mahasiswa Kuba (1957) menurunkan diktator Batista, gerakan mahasiswa Argentina (1955) menjatuhkan diktator Juan Peron, gerakan mahasiswa Indonesia menjatuhkan Soekarno (1966) dan Seoharto (1998). Sekelumit cerita heroik gerakan mahasiswa dunia dalam menjatuhkan penguasa. Saat ini, mahasiswa turun ke jalan secara massif dengan massa besar, berarti sedang ada persoalan besar di negari ini,” cerita Dosen FISIP UPN Veteran Jakarta ini.
Direktur Eksekutif Nusantara Institute PolCom SRC (Political Communication Studies and Research Center) ini juga sependapat dengan tesis filsuf Hannah Arendt “The Human Condition” (1956) yang menjelaskan bahwa instrumentalisasi dan degradasi politik tidak akan pernah berhasil membungkam pergerakan atau menghancurkan realitas masalah-masalah kemanusian. Oleh karena itu, gerakan mahasiswa sudah semakin membesar diseluruh pelosok negeri ini akan sulit untuk dihentikan sampai tuntutan gerakan mahasiswa berhasil yaitu menumbangkan rezim berkuasa.
“Saya memperhatikan beberapa hari ini gerakan mahasiswa semakin membesar dan terus membesar hampir seluruh daerah di Indonesia. Akan sulit untuk dipadamkan sampai tuntutan gerakan mahasiswa ini berhasil yaitu menjatuhkan rezim sedang berkuasa,” ungkap Andriadi Achmad disela-sela wawancara.
Menduduki gedung parlemen merupakan siasat dan strategi gerakan mahasiswa dalam mewujudkan keberhasilan tuntutannya. Karena, pemakzulan penguasa hanya bisa dilakukan dan disetujui 2/3 anggota parlemen, kemudian diajukan ke Mahkamah Konstitusi (MK) untuk dikaji dan disetujui. Hal serupa pernah dilakukan gerakan mahasiswa 1998, dengan menduduki parlemen dan memaksa parlemen untuk berpihak terhadap pergerakan mahasiswa dan rakyat serta memaksa parlemen untuk memakzulkan penguasa. Kita ketahui, parlemen tahun 1998 dikuasai partai penguasa “Golkar”, atas desakan mahasiswa akhirnya parlemen menyerukan agar penguasa Orde Baru mundur dari kursi kekuasaan. Begitu juga sampai saat ini, lebih dari separoh (60%) anggota parlemen adalah partai koalisi pendukung pemerintah.
“Menduduki parlemen adalah strategi dan setengah keberhasilan gerakan mahasiswa dalam mewujudkan tuntutannya yaitu menurunkan rezim penguasa. Pemakzulan presiden harus diisetujui 2/3 anggota parlemen dan diajukan ke MK untuk dikaji serta memutuskan. Saat ini, parlemen dikuasai partai koalisi pendukung pemerintah. Tahun 1998 parlemen dikuasa partai pemerintah, tapi penguasa tetap jatuh juga,” demikian tutup alumni pasca sarjana Ilmu Politik FISIP UI ini mengakhiri wawancara
- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!